Berita Semarang
Kampung Kebo Semarang Mulai Meredup, Tak Ada Generasi Penerus dan Kesulitan Pakan
Patung anak bermain suling di atas kerbau menjadi penanda kejayaan Kampung Kebo.
Penulis: iwan Arifianto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Patung anak bermain suling di atas kerbau menjadi penanda kejayaan Kampung Kebo, sebutan bagi Kampung Sodong, Purwosari, Mijen, Kota Semarang.
Di wilayah tersebut, terdapat satu komplek yang digunakan khusus untuk beternak kerbau.
Komplek peternakan itu berpisah dari pemukiman warga.
Tak heran deretan puluhan kandang, kubangan, jerami, dan tahi kerbau jamak ditemukan di tempat tersebut.
Sayangnya, kandang-kandang itu mulai kosong melompong.
Kandang dialihfungsikan untuk beternak sapi dan unggas seperti ayam, bebek, itik.
Akan tetapi lebih banyak kandang kosong lantaran ditinggalkan peternak.

"Peternak hilang bukan karena gak untung lagi beternak kerbau.
Lebih disebabkan karena tidak ada lagi generasi penerus peternak kerbau di kampung ini," ujar seksi agro industri di organisasi perkumpulan Tani Mbangun Karso, Rohyadi kepada Tribunjateng.com, Selasa (13/7/2021).
Kampung kebo dahulu dikelola kelompok tani Mahesa Kredo Kota Semarang.
Kelompok tani itu bahkan sempat menyabet lomba juara kebersihan kandang kerbau tingkat Nasional di tahun 19-90an.
Kampung kebo berada di atas tanah milik Pemkot Semarang.
Kampung itu resmi berdiri 1985.
Berdirinya kampung itu berawal dari kesadaran warga untuk menjaga kebersihan sehingga kandang kerbau tak menyatu lagi dengan rumah.
Dahulu terdapat 47 rumah atau kandang yang dihuni 167 ekor kerbau milik warga kelurahan Purwosari.
Setiap orang memiliki satu rumah yang akan diisi kerbau peliharaan mereka.
Menurut Rohyani, kondisi kampung kebo sudah berbeda jauh.
Pertama dilihat dari jumlah kandang dan peternak sangat jauh berkurang.
Kandang kerbau kini tinggal 22 kandang, jumlah peternak 16 orang dengan jumlah kerbau 30 ekor.
"Banyak peternak yang sudah capek karena tua, ada yang meninggal dunia tanpa generasi penerus.
Apalagi anak sekarang maunya jual saja tanpa mau merawat," katanya.
Kedua, lanjutnya, peternak di kandang tersebut juga wajib hewan kerbau tak boleh hewan lain.
Kini hewan apapun bisa dirawat oleh peternak.
Tak heran sekarang di kampung kebo juga ada sapi, ayam, bebek, dan itik.
"Sekarang mau ternak hewan selain kerbau bisa. Dulu dilarang," ujarnya.
Sementara peternak lain, Tukimah (60) menjelaskan, peternak saat ini juga semakin kesulitan untuk mendapatkan pakan.
Banyak lahan persawahan dialihfungsikan menjadi kawasan perumahan.
Selain itu, kawasan hutan karet mengalami hal serupa.
"Peternak makin sulit cari pakan.
Kalau ada sawah dan hutan bisa jadi sumber jerami dan rumput," terangnya.
Melihat kondisi tersebut, kata dia, kampung kebo memang sudah tak cocok lagi disebut sebagai kampung kebo.
Apalagi kondisi juga diperparah tak ada lagi generasi penerus yang menjadi petani atau peternak kerbau.
"Sekarang lebih senang kerja di pabrik dan tidak mau kerja kotor-kotor seperti petani atau peternak," bebernya.
Peternak kerbau, Uhyati (53) mengaku, sudah beternak kerbau selama 30 tahun.
Alasan tetap beternak kerbau lantaran mudah dalam perawatan dan pakan dibandingkan dengan sapi.
"Segi keuntungan sama saja.
Kelihatan sapi lebih mahal namun itung-itungan untung sama saja," jelasnya. (Iwn)