Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Gaji UMK Cuma 'Ngepas', Curhat Pilu Pekerja Semarang Tercekik Kenaikan Harga Pangan

Meski gaji mengalami peningkatan setiap tahun, harga bahan pokok seolah melaju lebih cepat di Kota Semarang.

TRIBUN JATENG / EKA YULIANTI FAJLIN
JAJAKAN DAGANGAN - Pedagang pasar karangayu menjajakan dagangan.  

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Tekanan biaya hidup yang terus meningkat membuat pendapatan pekerja swasta di Kota Semarang kian sulit mengimbangi laju inflasi.

Kenaikan harga pangan, transportasi, dan kebutuhan rumah tangga mendorong porsi belanja semakin membengkak.

Meski gaji mengalami peningkatan setiap tahun, harga bahan pokok seolah melaju lebih cepat.

Baca juga: Cerita Warga Temanggung Kerja 20 Tahun di Malaysia Tanpa Gaji, Jadi Korban Penyiksaan

Akbar Surya, seorang karyawan swasta di Kota Semarang, membeberkan gajinya saat ini di level Rp 3,4 juta atau sebesar upah minimum kota (UMK) Semarang.

Jumlah itu, katanya, mengalir begitu saja untuk memenuhi kebutuhan harian bersama istrinya.

"Semurah-murahnya, pengeluaran harian itu Rp 100 ribu," ungkapnya, Senin (24/11/2025).

Akbar menguraikan, pengeluaran Rp 100 ribu itu  untuk kebutuhan primer berupa makan dan biaya transportasi.

Belum lagi jika ada kebutuhan mendesak seperti motor mogok yang perlu perawatan atau biaya pengobatan jika sakit. 

Menurutnya, pos pengeluaran terbesar pada makan dan transportasi.

"Makan sudah tidak bisa dinego. Sekali makan kisaran Rp 20.000, bisa kurang atau lebih bergantung makan apa. Begitu pula biaya transportasi karena aku pekerja lapangan tiap hari muter, biaya bensin tidak bisa dihindari. Bensin seminggu minimal Rp 50.000, kebetulan motorku tergolong irit," tutur Akbar.

Kebutuhan paling berat di samping makan dan biaya transportasi, dia mengungkapkan, masih dibebani cicilan rumah yang menghabiskan sekira tigaperempat gaji.

"Ini juga pengeluaran yang rutin tiap bulan," ucapnya.

Agar kebutuhan keluarga terpenuhi, Akbar memiliki pekerjaan sampingan sebagai freelancer.

Sementara itu, istrinya juga bekerja untuk turut menopang ekonomi rumah tangga.

"Uangku sebagian besar buat cicilan rumah dan kebutuhan sehari-hari. Kalau kurang, istriku yang back up. Kalau cukup, gaji istri baru bisa ditabung atau dipakai biaya tak terduga," tambahnya.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved