Berita Internasional
Kisah Ching Shih, Pelacur yang Jadi Ratu Bajak Laut dengan Julukan Teror China Selatan
Ching Shih terkenal sebagai wanita yang kejam dan kuat, hingga memiliki julukan sebagai "Teror China Selatan" selama puncak kejayaannya.
Pasukan bajak lautnya juga diampuni dan kebanyakan dari mereka harus menyerahkan senjata mereka sebagai imbalan atas kebebasan mereka.
Akhir riwayat
Ching Shih dan Cheung Po Tsai meminta gubernur Guangdong, Zhang Bailing, untuk memutuskan hubungan ibu dan anak mereka, dan mengizinkan mereka menikah.
Mereka diizinkan untuk melakukannya dan Gubernur Bailing sendiri menjadi saksi dalam upacara pernikahan mereka.
Dari pernikahan itu, Ching Shih dan Cheng Po Tsai dikaruniai seorang putra dan putri pada 1813.
Pada 1822, setelah 9 tahun membangun keluarga, Cheung Po Tsai meninggal.
Kemudian, Ching Shih dan anak-anaknya pindah ke kota asalnya Guangzhou dan membuka rumah judi dan rumah bordil.
Pada 1844, di usia 69 tahun ia meninggal di tempat tidur dikelilingi keluarganya.
Ching Shih dikenang sebagai perempuan berdaya yang tangguh dan berkuasa, di mana kala itu jarang sosok pemimpin wanita.
Apalagi dalam duniaa kriminalitas di Asia, sangat sulit seorang wanita bisa naik ke puncak kepemimpinan, mengingat batasan sosial dan agama terhadap wanita.
Ching Shih dapat dikatakan sebagai pelopor pada zamannya, meski dalam arti yang negatif, sebagai seorang ratu bajak laut.
Disebutkan oleh The Famous People, keturunan Ching Shih masih tinggal di sekitar Makau dan terlibat dalam bisnis kasino.
Dalam film Disney "Pirates of the Caribbean", Ching Shih adalah inspirasi di balik karater "Mistress Ching", yang merupakan salah satu dari 9 raja bajak laut. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perempuan Berdaya: Ching Shih, Ratu Bajak Laut China Selatan Abad Ke-19"
Baca juga: China dan Rusia Dituding Punya Maksud Politik di Balik Distribusi Vaksin Covid-19