Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kisah Para Supir Ambulans Jadi Saksi Banyak Pasien Ditolak Rumah Sakit Hingga Meninggal di Kendaraan

Kisah supir ambulans di sidoarjo bisa menjadi gambaran bagaimana ganasnya virus corona membuat orang meninggal dunia.

Editor: rival al manaf
dok.pribadi/Tribun Jogja
Kades Glodogan, Zaenal Arifin, menggunakan APD saat menjadi sopir ambulans untuk melayani warganya. 

"Pastikan dulu rumah sakitnya ada bed, daripada sudah bawa, meninggal di ambulans lebih menyedihkan lagi."

"Memang semuanya tergantung Allah, tapi dari saya merasa bersalah, merasa tidak bisa..." ucap Sutoko yang terdiam sejenak dan tak mampu merampungkan kalimatnya.

Supono atau yang selalu dipanggil Cak Phonos, juga menyimpan perasaan yang sama seperti Sutoko begitu tahu pasien yang ia angkut tapi ditolak rumah sakit, meninggal di perjalanan. 

"Getun [kecewa], kok sampai seperti itu. Juga ada perasaan bersalah," tuturnya sambil menghela napas.

Supono juga seperti Sutoko, relawan di Info Lintas Sidoarjo sejak 2016 sembari menjadi pengemudi ojek online.

Peristiwa meninggalnya pasien Covid-19 itu terjadi Sabtu (10/7/2021). Laki-laki berusia 30an tahun itu, kata dia, memiliki riwayat sakit batuk dan menggigil.

"Memang belum ada kepastian Covid atau enggak, tapi gejalanya mengarah ke sana. Saturasi oksigen rendah cuma 60 atau 70. Oleh salah satu rumah sakit ditolak terang-terangan karena enggak ada tempat."

"Akhirnya coba lobi ke rumah sakit lain, setelah kita cek ternyata ada tempat... Tapi ternyata si pasien sudah meninggal di ambulans."

"Sejak UGD penuh semua, makanya sekarang kalau mengantar pasien, saya ngomong ke keluarga, pastikan dulu ada tempat tidur kosong di rumah sakit. Biar enggak muter-muter cari."

'547 orang meninggal di luar rumah sakit'

Kapasitas tempat tidur pasien di 19 rumah sakit rujukan Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, mencapai 99%. 

Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) Jawa Timur, Dodo Anondo, juga mengamini banyaknya rumah sakit yang menutup layanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) karena sudah kelebihan kapasitas.

Catatan Persi di Surabaya saja setidaknya ada 13 IGD yang tutup sementara.

Epidemiologi dari Universitas Airlangga, Surabaya, Windhu Purnomo, mengatakan di Kota Pahlawan ini nyaris tidak ada tempat tidur perawatan yang kosong lantaran membludaknya pasien.

"Sekarang banyak yang tidak dapat tempat untuk bed isolasi maupun ICU karena kapasitas terlampaui," tukas Windhu kepada BBC News Indonesia melalui sambungan telepon, Selasa (12/07).

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved