Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Regional

Kisah Para Supir Ambulans Jadi Saksi Banyak Pasien Ditolak Rumah Sakit Hingga Meninggal di Kendaraan

Kisah supir ambulans di sidoarjo bisa menjadi gambaran bagaimana ganasnya virus corona membuat orang meninggal dunia.

Editor: rival al manaf
dok.pribadi/Tribun Jogja
Kades Glodogan, Zaenal Arifin, menggunakan APD saat menjadi sopir ambulans untuk melayani warganya. 

"Akibatnya banyak pasien yang meninggal di tengah mencari rumah sakit. Itu semua ujungnya dari kondisi penularan yang terus terjadi, terlambat mengetahui tanda bahaya atau gejala, dan kolapsnya rumah sakit karena penuh, oksigen habis."

 Bagi Windhu, kasus pasien meninggal karena ditolak rumah sakit akan terus terjadi jika tidak ada langkah pemerintah setempat untuk memperbanyak pengetesan dan pelacakan. 

Pengamatannya, pengetesan dan pelacakan di Provinsi Jawa Timur terbilang kecil yakni hanya 1 berbanding 8 atau jauh dari syarat yang ditetapkan WHO.

"WHO mensyaratkan 30 pelacakan kontak erat. Kemenkes belakangan lebih longgar hanya 15."

"Kalau provinsi saja kecil, apalagi kabupaten dan kota."

"Di masa akut begini seharusnya melakukan tracing, karena kita harus mencari penular, kalau enggak akan menulari terus."

Catatan lembaga pemantau Lapor Covid, menurut data pengaduan masyarakat yang diperbarui Rabu (14/07) pagi, total kematian di luar rumah sakit di Indonesia mencapai 547 orang.

Tertinggi ada di Jawa Barat dengan 209 kematian, 104 orang meninggal di Yogyakarta, 65 orang di Banten, 63 orang di Jawa Timur, 51 orang di DKI dan 36 orang di Jawa Tengah

Adapun Data Satgas Penanggulangan Covid-19 menunjukkan angka kematian di Jawa Timur tertinggi dari provinsi lain di Indonesia yaitu 13.821 orang, per Selasa (14/7/2021).

Sementara jumlah kasus positif virus corona di sana mencapai 191.958.

Pendiri Centre for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) yang juga Penasihat Senior Urusan Gender dan Pemuda untuk Direktur Jenderal WHO, Diah Saminarsih, mengatakan pemerintah Indonesia semestinya bisa jauh-jauh hari mengantisipasi kondisi krisis ini dengan berkaca pada kasus India.

Pasalnya Indonesia sudah diberikan contoh masifnya pengetesan dan pelacakan dalam pertemuan WHO pada 6 dan 30 Juni tentang apa yang terjadi di India.

Dalam kondisi darurat ini, ia berharap pemerintah Indonesia segera menambah tenaga kesehatan dan memenuhi ketersediaan tabung oksigen dan obat-obatan untuk mencegah kematian semakin tinggi.

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengakui perlu menambah dokter dan perawat melihat sejumlah rumah sakit di pelbagai daerah sudah kelebihan kapasitas. 

Untuk dokter, ia berkata setidaknya ada kebutuhan 3.000 dan perawat membutuhkan 20 ribu orang.

Halaman
1234
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved