Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Penanganan Corona

Ibu Hamil Meninggal Tak Dapat RS, Taufiq: Saya Yakin Pas Diangkat ke Bed, Istri Saya Sudah Meninggal

Kisah ayah di Pamekasan ini menjadi gambaran bagaimana gambaran rumah sakit yang kerepotan dihantam pandemi.

Editor: rival al manaf
IST
Foto Ilustrasi Persalinan. 

TRIBUNJATENG.COM, PAMEKASAN - Kisah ayah di Pamekasan ini menjadi gambaran bagaimana gambaran rumah sakit yang kerepotan dihantam pandemi.

Korbannya adalah istri dan calon anak yang sebenarnya akan segera dilahirkan.

Setelah pontang-panting cari rumah sakit, Taufiq harus menerima kenyataan istrinya Nurul Lita Dianasari (25), meninggal dunia saat hendak menjalani persalinan.

Baca juga: Mayat Wanita di Sungai Ternyata Winda, Polisi Sebut Korban Broken Home, Pesta Miras Sebelum Tewas

Baca juga: Direktur Rumah Sakit Tantang Warga Tak Percaya Covid-19 Magang di IGD, Belum Ada yang Menyanggupi

Baca juga: Rusia Luncurkan Jet Tempur Siluman Terbaru Tandingi F-35 Buatan AS, Bisa Serang 6 Target Sekaligus

Baca juga: Sinopsis Ikatan Cinta RCTI Rabu 21 Juli Pukul 19.30 WIB Konflik Baru Elsa dan Nino

Dia sempat ditolak tiga rumah sakit (RS) hingga akhirnya diterima di RSUD Smart Pamekasan.

Namun belum sampai mendapatkan penanganan, warga Dusun Biyan Tengah, Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan ini sudah kehilangan nyawa.

Lita meninggal dunia bersama janin yang dikandungnya.

“Saya yakin waktu diangkat ke atas bed, istri saya sudah meninggal. Tapi, masih ada perawat yang berusaha memasang oksigen baru,” kata suami Lita, Taufiqurrahman, Senin (19/7/2021).

Sebab saat tiba di RSUD, kata Taufiq, wajah istrinya sudah pucat dan kukunya membiru.

Taufiq menceritakan istrinya mengalami kontraksi pada pukul 08.00 WIB.

Dia pun membawa sang istri ke bidan desa.

“Jam 8 pagi istri saya mulai kontraksi awal. Saya bawa ke bidan desa, ternyata masih belum waktunya persalinan. Kami disuruh menunggu sampai tiba waktunya melahirkan,” kata Taufiq.

Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, Lita kehabisan tenaga dan air ketubannya habis.

Bidan kemudian menyarankan agar Lita dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi sesar.

Pontang-panting cari rumah sakit Sempat kebingungan mencari rumah sakit, mereka kemudian menuju RS di Jalan Bonorogo Pamekasan, namun ditolak.

“Saat tiba di rumah sakit, perawat memeriksa Lita di atas mobil saja. Karena tekanan oksigen di bawah 50, Lita kemudian ditolak untuk dioperasi,” ujarnya Masih bersama bidan tersebut, mereka lalu menuju RS di Jalan Mandilaras Pamekasan, namun petugas menolak karena tekanan oksigen Lita tinggal 44.

“Bahkan, bidannya dimarahi oleh perawat rumah sakit karena tidak menggunakan alat pelindung diri,” terang Taufiq.

Kemudian, mereka menuju RS ketiga yang juga berada di Jalan Bonorogo Pamekasan.

Tiba di sana pukul 17.15 WIB, mereka mendapati kondisi RS pelat merah itu yang sudah penuh pasien Covid-19.

Akhirnya mereka menuju ke RSUD Smart Pamekasan dan merasa mendapatkan pelayanan yang tidak ramah.

Mereka harus mencari kursi roda sendiri dan menaikkan Lita ke tempat tidur sendiri.

Mereka juga harus mendorong tempat tidur tersebut masuk ke rumah sakit.

“Saya heran dengan pelayanan di rumah sakit pemerintah ini. Kok bisa tidak ada perawat dan dokter yang menangani pasien,” ungkap Taufiq.

Meski akhirnya mendapatkan rumah sakit, kondisi Lita sudah terlanjur memburuk dan akhirnya meninggal dunia.

Lita meninggal pada Minggu (18/9/2021) pukul 18.30 dan jenazahnya dibawa pulang untuk dimakamkan.

“Harapan saya, salah satunya bisa diselamatkan. Entah ibunya atau anaknya. Tapi takdir berkata lain, ibu dan bayinya sama-sama meninggal,” tutur Kepala Desa Kaduara Barat, Endang Susilawati Ningsih.

Direktur RSUD Smart Pamekasan Farid Anwar menegaskan, jajarannya menjalankan tugas dengan baik, namun kondisi rumah sakit sedang penuh dengan pasien Covid-19.

Baca juga: Luhut Ungkap Alasan Usulkan PPKM Darurat Diperpanjang hingga 25 Juli Ke Jokowi, Didukung IDI

Baca juga: Cara Mengecek Status Penerima BLT Subsidi Gaji untuk Karyawan yang Rencananya Cair Lagi di 2021

Baca juga: 2 Spion Mobilnya Dicuri, Ussy Sulistiawaty Gelar Sayembara Hadiah Rp 5 Juta Bagi Penangkap Pelaku

Baca juga: HEBOH! Mayat Berkaos Singlet dan bercelana Jeans Dalam Karung di Bawah Jembatan

Jumlah perawat di RS terbatas.

Sementara ada banyak pasien yang harus ditangani.

“Bukan perawat sikapnya tidak ramah, tetapi saat itu perawat yang lain sedang merawat pasien yang lain."

"Rumah sakit sedang full sekarang,” tulis Farid Anwar, melalui pesan WhatsApp.

Menanggapi keluarga pasien yang mengambil kursi roda sendiri dan mengangkat pasien ke tempat tidur pasien, serta mendorong bed pasien sendiri, Farid menilai itu tindakan untuk membantu rumah sakit. (*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Saya Yakin Waktu Diangkat ke Bed, Istri Saya Sudah Meninggal"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved