Berita Semarang
Curhatan Para Pemandu Wisata di Kala Pandemi: Kami Benar-Benar 'Jobless' Tidak Ada Kerjaan
Imbas adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sektor pariwisata rupanya tak hanya dirasakan para pengusaha.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Imbas adanya pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di sektor pariwisata rupanya tak hanya dirasakan para pengusaha, tetapi juga bagi para pemandu wisata atau pramuwisata.
Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Jawa Tengah, Restu Arpriono menyatakan, ratusan orang dengan profesi pramuwisata di Jateng merasakan dampak sama.
Menurutnya, mereka terpaksa tidak menjalankan profesinya sejak pandemi tahun 2020 lalu hingga dilakukan kebijakan perpanjangan PPKM level 4 tersebut sebab sulitnya akses untuk menjalankan profesi.
"Pramuwisata juga bagian paling terdampak, karena benar-benar tidak bisa jalan saat ini. Kami benar-benar 'jobless' tidak ada kerjaan."
Baca juga: Bahlil Lahadalia : Iklim Investasi Tahun Ini Sangat Tergantung dari Penanganan Pandemi Virus Corona
Baca juga: Tetap Semangat di Tengah Pandemi, PSS Sleman Ajak Latihan Secara Virtual Bersama Jeffrey Kurniawan
Baca juga: Daffa dan Ibnu Peragakan 20 Adegan Pembunuhan Terhadap Pemandu Karaoke di Kos Amora Semarang
"Total anggota kami ada sekitar 500 orang yang tersebar di 35 kabupaten/kota."
"Namun kalau dihitung dengan yang tidak aktif seperti lisensi habis atau izin operasional habis dan tidak diperpanjang, bisa mencapai 800 orang dan semua pasti terdampak," kata sapaan Restu Blangkon tersebut saat dihubungi tribunjateng.com, Kamis (29/7/2021).
Restu menyebutkan, pihaknya sempat merasakan angin segar saat new normal pertengahan tahun lalu dengan mulai bergerak pelan-pelan.
Namun sejak terjadi lonjakan kasus hingga diberlakukan PPKM, aktivitas pekerjaan para pramuwisata kembali terhenti hingga saat ini sebab perusahaan biro perjalanan wisata sebagai tempat menggantungkan pekerjaan pun berhenti beroperasi karena tutupnya tempat-tempat wisata.
Menurutnya, pihaknya sudah kehabisan cara untuk bisa bergerak.
Bahkan kata dia, banyak pula yang terpaksa beralih pekerjaan hingga menganggur sebab tidak tahu lagi harus bekerja di luar profesinya.
"Kami yang biasanya menghandel setiap wisatawan yang datang dengan menjalankan program sesuai dengan kebutuhan dari user (biro perjalanan), saat PPKM ini ya mau tidak mau berhenti.
Sementara melakukan pekerjaan di luar biasanya. Teman-teman itu ada yang jual ayam goreng, masker, keripik, ada juga yang ojek online, untuk bisa sekadar bertahan," ungkapnya.
Dengan kondisi tersebut, Restu mewakili HPI Jateng mendesak pemerintah untuk tegas dalam memberikan kebijakan.
Hal itu sebab menurutnya, sejauh ini kebijakan yang diberlakukan belum jelas sehingga membuat para pramuwisata dilema dalam menentukan sikap.
Terutama terkait pengumuman perpanjangan PPKM yang serba mendadak, menurutnya membuat usaha di sektor pariwisata kelimpungan.