Berita Semarang
Omzet Perajin dan Pedagang Batik di Semarang Anjlok 80 Persen, Desak Pemerintah Bantu Mempromosikan
Sejumlah perajin dan pedagang batik di Semarang merasan semakin berat menjalankan usaha. Selama pandemi, omzet semakin menurun tajam.
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: moh anhar
Rini menyebut, penjualan kain batik di tokonya menurun drastis hingga 80 persen.
Diakui sebelum pandemi Covid-19, dirinya mampu mengantongi hingga Rp 1 juta perhari.
Namun di saat pandemi, ia menyebut, satu minggu satu helai batik sudah dianggapnya lumayan.
Menurutnya, sebelumnya banyak pesanan seragam-seragam sekolah.
Namun kini, disebutnya belum ada sekolah yang memesan batik di tokonya.
Ia pun kini hanya mengandalkan penjualan di lingkup pertemanan.
"Saat ini jualnya hanya dengan teman-teman yang sudah pernah ke sini. Ada teman sekolah, saling curhat akhirnya dia jual makanan saya beli, saya jual batik mereka beli. Jadi tidak banyak," jelasnya.
Rini mengharapkan, pemerintah dapat secara merata memberikan bantuan subsidi pada pelaku UMKM.
"Saya harapkan untuk bantuan UMKM tidak ada pengecualian. Seperti BPUM itu saya tidak bisa mengajukan karena ada KUR di bank, padahal saya juga merasakan imbasnya," imbuhnya.
Baca juga: Huda Diberi Bantuan Kursi Roda Bupati Jepara, 4 Tahun Tak Bisa Jalan
Baca juga: Alasan Nikita Mirzani Emoh Diperiksa Polisi di Demak: Nggak Ada yang Mau ke Demak
Baca juga: Chord Gitar Sheila On 7 Pejantan Tangguh
Sementara itu, Eko Haryanto Ketua Paguyuban Kampung Batik Semarang menyatakan, ada kurang lebih 20 perajin dan pedagang batik di Kampung Batik Semarang.
Menurutnya, rata-rata merasakan imbas yang sama dari adanya pandemi Covid-19 dan pemberlakuan PPKM.
"Semua terdampak karena hampir sebagian kehidupan mereka digantungkan ke batik," katanya. (*)
TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :