Penangkapan Teroris di Jateng
Sosok Terduga Teroris di Semarang yang Membuat Istri dan Warga Kaget, Ini Cerita Para Tetangga
"Yang saya tahu hanya itu, tadi istri dan anak-anak terduga masih tampak syok saat pengeledahan," ujarnya
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dua terduga teroris di Kota Semarang yang disinyalir merupakan anggota Jamaah Islamiah (JI) ditangkap Densus 88.
Mereka yakni joko Soewarno (46) dan Febriana Safrudin Firmansyah (45).
Berbeda dengan Djoko yang dipandang warga sebagai sosok baik hati, sebaliknya Febriana Safrudin Firmansyah (45) memiliki hubungan tak baik dengan para tetangganya.
Mereka berdua ditangkap di tempat berbeda, untuk Febriana Safrudin Firmansyah ditangkap oleh Densus 88 di sebuah rumah di Jalan Bukit Teratai RT 11 RW 19 , Sendang Mulyo, Tembalang, Kota Semarang, Jumat (13/8/2021) sekira pukul 04.51 WIB.
Rumah tersebut Jumat sore tampak sepi, namun lampu depan rumah menyala terang.
Rumah memang berada di ujung sendiri jauh dari pemukiman warga. Depan rumah juga berupa kebun kosong.
Baca juga: Siapa Penerus Tahta Mangkunegaran Solo Selanjutnya? Sejarawan UNS Sebut Kondisi saat Ini Berbeda
Baca juga: BERITA LENGKAP: Densus 88 Tangkap Terduga Teroris di Semarang, Purwokerto, Kendal, dan Pekalongan
Di mata para tetangganya, sosok terduga teroris yang akrban disapa Firman memang dikenal kurang ramah kepada warga sekitar.
"Ya dia pernah geger (ribut) dengan saya, urusan sepele motornya kena batu saat melintas di depan saya. Terus marah-marah ga jelas kepada saya namun ga tak layani," ujar seorang tetangga, Hadi kepada wartawan.
Ia melanjutkan, selepas itu tak ada komunikasi dengan terduga teroris tersebut.
"Rumahnya itu di pojokan itu sendirian, sejak kejadian itu sudah lama saya ga komunikasi dengan orang itu," terangnya.
Tetangga lainnya, Kasmirah menjelaskan, biasa menyapa terduga dengan nama Firman
Ia sudah lama menempati rumah tersebut sekira tahun 2006.
"Firman warga pendatang, terakhir silaturahmi ke rumah saya sekira tahun 2007 itu saat lebaran. Ia menggantungkan hidup sehari-hari dengan jualan kambing," bebernya.
Sementara itu, Ketua RW 19 Muslihin menjelaskan, memang ada penangkapan seorang warganya yang diduga terlibat terorisme.
"Ya tadi diminta menyaksikan penggeledahan rumah terduga," ujarnya.
Barang-barang yang dibawa, lanjut ia, berupa buku tulis, buku tabungan, stempel. Jumlah tiap item dari barang tersebut kurang mengetahuinya.
"Setahu saya itu saja," jelasnya.
Ia mengatakan, terduga sudah lama tinggal di tempat tersebut, persisnya berapa tahun ia kurang tahu pasti.
Yang jelas, terduga sudah masuk daftar penduduk setempat namun KTP bukan warga Sendangmulyo.
"Sudah lama menetap di sini. Rumahnya yang ditempati statusnya juga rumah sendiri ga ngontrak," paparnya.
Penangkapan tersebut juga membuat warga kaget lantaran terduga yang biasa disapa Firman tak menunjukan gelagat aneh di masyarakat.
"Saya melihat selama ini aktivitasnya seperti warga pada umumnya. Di rumah terduga juga ada bengkel dan ia suka ternak kambing," imbuh Muslihin.
Diberitakan sebelumnya, Densus 88 tangkap dua terduga teroris di Kota Semarang yakni Djoko Soewarno (46) dan Febriana Safrudin Firmansyah (45).
Para terduga merupakan anggota Jamaah Islamiah (JI) yang diamankan anggota Densus di masing-masing kediamannya, Jumat (13/8/2021) pagi.
Untuk terduga Djoko Soewarno (46) ditangkap selepaskan melaksanakan salat subuh di Masjid Kasmuri Nurussalam yang tak jauh dari rumahnya.
Selepas salat tersebut, ia dibekuk anggota Densus tepat di depan rumahnnya di Gang Damai 3, RT 7 RW 6, Wonolopo, Mijen, Kota Semarang.
"Istri dan anak Pak Djoko kaget atas penangkapan tersebut, kami sebagai warga juga tak percaya jika Pak Djoko diamankan aparat kepolisian lantaran diduga terlibat kasus terorisme," terang Ketua RT 7 RW 6, Wonolopo, Muhammad Ghufroni kepada Tribunjateng.com.
Ia menjelaskan, perasaan kaget yang dialami anak istri dan tetangga terduga teroris bukan tanpa alasan.
Pasalnya, terduga selama ini dikenal sebagai sosok yang ramah terhadap tetangga dan memiliki jiwa sosial tinggi.
Terduga selama empat tahun tinggal di wilayah tersebut selalu ringan tangan ketika diminta tolong oleh tetangga sehingga tetangga tak menyangka sama sekali terduga terlibat aktivitas terorisme.
"Setiap ada kerja bakti dan ada tetangga yang kesusahan Pak Djoko selalu semangat untuk membantu. Orangnya arif bijaksana dan hubungan ke tetangga sangat bagus," papar Ghufroni.
Djoko dimata para tetangganya juga dikenal sebagai orang yang terbuka tak pernah bermasalah.
Bahkan, rumahnya yang baru saja direnovasi setiap sore menjadi tempat ngaji para anak-anak di lingkungan tersebut.
Di rumah tersebut ia tinggal bersama seorang istri dan enam orang anak dengan anak pertama sudah berstatus mahasiswa.
"Istrinya yang mengajar ngaji, kalau Pak Djoko setiap harinya aktif di kegiatan sebuah lembaga sosial di Jatisari. Rumahnya beliau juga baru direnovasi bantuan dari RTLH Pemprov Jateng," bebernya.
Tak ada orang asing yang kerap mendatangi rumah tersebut.
Terduga juga diketahui jarang melakukan perjalan ke luar kota.
Ia banyak menghabiskan waktunya di wilayah sekitar.
"Dulu pernah kerja sales kacamata, kaus kaki, kalau sekarang serabutan biasanya buruh nukang di rumah tetangganya," terangnya.
Ia menjelaskan, penangkapan terduga dilakukan selepas salat subuh oleh beberapa orang berpakaian preman.
Selepas penangkapan yang dilakukan secara senyap tersebut, sejumlah barang bukti disita dari rumah terduga.
Anggota Densus 88 melakukan pengeledahan di rumah terduga, Jumat (13/8/2021) sekira pukul 10.30.
Setelah melakukan pengeledahan sekira satu jam, anggota Densus membawa sejumlah barang di antaranya empat handphone jadul, dua handphone android, lima buah buku, dua buku rekening, peta, dan dua lembar kertas.
"Yang saya tahu hanya itu, tadi istri dan anak-anak terduga masih tampak syok saat pengeledahan," ujarnya.
Tetangga korban, Oksi menjelaskan, tak menyangka terhadap kejadian penangkapan terduga teroris.
"Rumah saya satu gang dengan Pak Djoko, tak pernah menjumpai orang asing di sekitar rumah tersebut. Orangnya juga ringan tangan suka membantu tetangga," terangnya.
Sementara itu, Djoko Soewarno ternyata masih tercatat sebagai warga Jalan Sadewa 7, RT 1 RW 4, Pendrikan Lor, Semarang Tengah, Kota Semarang.
Ketua RT 1 RW 4 Pendrikan Lor, Surahman menuturkan, warga atas nama Djoko Soewarno memang pernah menjadi warganya namun sudah tiga tahun lalu mengajukan surat pindah ke daerah Wonolopo Mijen.
"Pak Djoko itu asli Gajah, Gayamsari, tapi alamat lengkapnya ga tau. Istrinya yang asli sini. Jadi habis nikah ia pindah domisili di sini meski tinggalnya berpindah-pindah dengan kontrak rumah," jelasnya kepada Tribunjateng.com.
Ia menyebut, terakhir berkomunikasi dengan Djoko dua tahun lalu ketika meminta surat domisili untuk anaknya yang akan menerima bantuan sosial.
"Habis itu ga ketemu lagi dengan orang itu," katanya.
Menurutnya, Djoko dikenal sebagai sosok pendiam dan bekerja sebagai sales kacamata.
"Saya kenalnya gitu ga tau kalau pas di luar lingkungan sini," ujarnya.
Ia menambahkan, pagi tadi sekira pukul 09.00 juga sempat didatangi oleh anggota Polsek Semarang Tengah yang menanyakan alamat Djoko Soewarno.
"Anggota polisi tanya-tanya soal domisili Djoko, tak jawab setahu saya," imbuhnya.
Pesan yang tersebar di grup whatsapp yang diterima Tribunjateng.com, keterlibatan Djoko Soewarno di Kelompok Jamaah Islamiyah ( JI ) sebagai Kepala Sub Bidang Pelayanan Personil JI .
Dalam pesan tersebut juga merinci barang-barang yang diamankan dari rumah Djoko meliputi satu buah dompet warna coklat merek Levis, SIM C atas nama Djoko Soewarno, KTP, kartu ATM BRI, beberapa nota dan lainnya. (Iwn)