Berita Internasional
Saat Taliban Kuasai Afghanistan, Pentagon Ikut Mencekam, Personel Militer AS Pasrah
Tak lama setelah Biden mengumumkan penarikan pasukan, Pentagon mengatakan sedang membuat persiapan untuk evakuasi massal
TRIBUNJATENG.COM - Saat Taliban memasuki Kabul dan menguasai Afganistan, mata dunia tertuju ke sana.
Di Amerika, Pentagon pun ikut mencekam pada Senin (16/8/2021).
Mereka frustasi
Dilaporkan AFP pada Selasa (17/8/2021), personel militer Amerika Serikat tampak pasrah melihat kekacauan di bandara Kabul, dan mengkritik lambatnya pemerintahan Joe Biden mengevakuasi para warga Afghanistan sekutu AS.
Beberapa orang juga mengkritik Kementerian Luar Negeri, yang memiliki otoritas tunggal untuk memberikan visa kepada mantan penerjemah dan staf pendukung militer AS lainnya serta keluarga mereka, karena menunggu lebih dari dua bulan untuk memulai proses bagi warga Afghanistan.
"Kami memperingatkan mereka selama berbulan-bulan, selama berbulan-bulan" bahwa situasinya mendesak, kata seorang pejabat militer, yang berbicara dengan syarat anonim.
"Saya tidak marah, saya frustrasi," kata petugas lainnya.
"Proses seharusnya bisa ditangani dengan sangat berbeda."
Biden pada pertengahan April memutuskan, semua pasukan AS harus keluar dari Afghanistan pada 11 September, lalu mengganti tanggal itu hingga 21 Agustus kemudian 31 Agustus.
Namun, Kementerian Luar Negeri menunggu berbulan-bulan untuk membentuk struktur ad hoc guna mengamankan para sekutu AS.
Pejabat Pentagon lainnya yang diwawancarai oleh AFP mengatakan, para diplomat telah mencoba mempercepat proses visa, tetapi masih terlalu lama dan rumit dalam situasi tersebut.
Pemerintahan Biden berasumsi bahwa Kedutaan Besar AS di Kabul akan tetap buka, dan Pemerintah Afghanistan akan mempertahankan kendali atas negara itu selama berbulan-bulan setelah penarikan AS, katanya
Perdebatan evakuasi massal
Tak lama setelah Biden mengumumkan penarikan pasukan, Pentagon mengatakan sedang membuat persiapan untuk evakuasi massal.
Tetapi pada pertengahan Juni pemerintah masih tidak menganggap evakuasi perlu dan lebih memilih pemberian visa khusus, padahal prosesnya bisa memakan waktu hingga dua tahun.
