Berita Semarang
Petilasan Vihara-Sima 2500 Buddha Jayanti Bukit Kassapa Semarang Lahirkan Dua Calon Bhikkhu Baru
Bukit Kassapa kembali lahirkan dua calon bhikkhu baru. Mereka ditasbihkan Sekretaris Wilayah Sangha Agung Jateng, Bhikkhu Ditthisampanno Thera, PhD
Penulis: iwan Arifianto | Editor: moh anhar
Sesudah berganti jubah, kedua calon samanera menghadap acariya kembali untuk memohon tuntunan 10 sila.
Sila Samanera terdiri dari perilaku menghindari atau tidak melakukan pembunuhan, pengambilan barang yang tidak diberikan, hubungan seksual, berbicara tidak benar, menurunkan kesadaran dengan minum minuman keras memabukkan.
Berikutnya,tidak makan di atas jam 12 siang hingga pagi berikutnya, tidak menghibur diri dengan lagu atau tari-tarian, tidak mengenakan pengharum tubu atau wewangian.
Selanjutnya, tidak duduk atau tidur di tempat tinggi dan mewah, dan tidak menerima persembahan berupa emas dan perak.
"Selain 10 Sila tersebut, seorang samanera atau calon bhikkhu wajib mengendalikan diri dengan mengikuti 75 latihan lain," ujar Bhikkhu Ditthisampanno Thera
Latihan lain itu, sambung dia, berupa pengendalian tentang tata cara mengenakan jubah.
Tata cara makan, tata cara memberikan ceramah Dharma, dan sejumlah tata cara lainnya.
"Upacara penahbisan berakhir pukul 08.15 WIB dan ditutup makan pagi dengan menggunakan patta atau mangku derma," jelasnya.
Menurutnya, Vihara-Sima 2500 Buddha Jayanti yang merupakan vihara pertama di Indonesia yang didirikan secara khusus peruntukannya oleh umat Buddha.
Vihara ini disebut pertama karena secara de jure merupakan vihara yang dibangun sesuai syarat dan ketentuan dan diresmikan tahun 1958 oleh anggota sangha saat itu.
Yaitu Bhikkhu Narada Mahathera dan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita, Sang Pelopor Kebangkitan Buddha Dharma di era kemerdekaan Indonesia.
Sementara secara de facto, Vihara Buddha Gaya, Watu Gong juga merupakan vihara pertama.
Namun bangunannya tidak didirikan khusus sebagai vihara karena menempati sebuah vila di atas tanah yang dipinjamkan seorang umat Buddha bernama Goei Thwan Ling atau Ir. Sutopo, mulai tahun 1955.
Lahan berdirinya Vihara-Sima 2500 Buddha Jayanti sendiri secara de jure telah diserahkan pemiliknya, Goei Thwan Ling kepada Bhikkhu Ashin Jinarakkhita di Candi Borobudur pada peringatan Tri Suci Waisak 1956 yang ditandai penyerahan bendera Buddha lima warna.
Sejak ditetapkan sebagai bada sima (tempat upasampada bhikkhu secara tetap) pada tahun 1959, Vihara-Sima 2500 Buddha Jayanti telah melahirkan seorang bhikkhu dan 4 orang samanera (calon bhikkhu).