OPINI
Terpenting Mendapat Penghargaan dari Tuhan
Setelah sekitar 17 tahun bekerja di sembilan perusahaan yang berbeda-beda, akhirnya saya putuskan untuk berhenti jadi karyawan.
Alhamdulillah saya tidak mengalami "post power syndrome". Rezeki saya terus bertambah. Wujudnya tidak hanya materi, tapi juga yang lainnya seperti kesehatan yang prima, semakin banyak teman dari semua level dan latar belakang, serta tambah banyak amanah yang saya peroleh dari banyak orang dan berbagai institusi untuk melaksanakan Sharing Komunikasi dan Motivasi.
Begitu banyaknya amanah tersebut terutama selama pandemi Covid-19 ini sehingga saya merasa kekurangan waktu. 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 365 hari dalam setahun terasa kurang sekali.
Satu-persatu amanah tersebut saya jalani. Seiring dengan itu, saya mulai mengurangi kegiatan bisnis. Meningkatkan aktivitas sosial sebagai bekal di akhirat kelak.
Alhamdulillah, Tuhan melalui kami sekeluarga telah memberikan rezekiNya dengan membantu banyak orang. Wujudnya beragam termasuk materi. Bahkan telah membiayai umrah ratusan orang yang diantaranya tergabung dalam rombongan umrah The Power of silaturahim yang diketuai wartawan senior Nurcholis MA Basyari.
Dengan sukacita semuanya saya jalani. Seluruh aktivitas tersebut saya niatkan ibadah. Sepenuhnya karena Tuhan.
Hal itu membuat saya menikmati setiap menjalani berbagai aktivitas. Terutama kegiatan utama yakni silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi.
Saya merasakan sekali setiap melaksanakan semua kegiatan itu, Tuhan selalu bersama saya. Sehingga tidak pernah lelah meski pernah dalam sehari melakukan Sharing Komunikasi dan Motivasi sebanyak tujuh sesi dengan durasi rata-rata dua jam per sesi termasuk tanya jawab.
Begitu juga kegiatan silaturahim. Sering saya melakukannya dari pagi sampai larut malam. Alhamdulillah saya tetap semangat, sehat, dan menjalaninya dengan bahagia.
Saya sangat yakin semua itu sepenuhnya terjadi karena Tuhan. Tanpa bantuan dari Sang Pencipta, saya tidak akan mampu berbuat apa-apa, termasuk melakukan silaturahim serta Sharing Komunikasi dan Motivasi.
Tidak Punya Nyali
Selama 16 tahun jadi orang bebas merdeka, saya sangat bersyukur karena telah berhasil mengajak banyak orang mengikuti yang saya lakukan. Berhenti jadi pegawai dan mandiri. Bahkan tidak sedikit yang membuka lapangan kerja baru untuk banyak orang.
Telah puluhan orang yang berhasil saya "provokasi" untuk meninggalkan zona nyaman. Mengoptimalkan semua potensi dirinya agar dapat meraih kesuksesan yang lebih besar.
Ada yang semula tidak punya nyali. Mengkhawatirkan banyak hal. Mulai dari tidak mendapatkan penghasilan, tidak bisa menghidupi keluarga, hingga tidak dihargai orang.
Setelah lama berdiskusi dengan saya dan melakukannya beberapa kali, akhirnya mereka yang semula ragu-ragu mantap berhenti jadi pegawai. Memulai hidup baru dengan penuh keyakinan.
Setelah menjalaninya dengan penuh sukacita, berbagai kekhawatirannya sama sekali tidak terbukti. Bahkan mereka menyesal kenapa tidak dari dulu meninggalkan zona nyaman dan mandiri.
Mereka menyesal karena pernah "dihantui" oleh berbagai perasaan yang membuat dirinya khawatir kalau berhenti jadi pegawai. Setelah dijalani ternyata semuanya menyenangkan. Seluruh kekhawatiran itu tidak terbukti.
Semua pengalaman mereka diceritakan kepada banyak orang. Doa dan harapannya seluruh yang mereka lakukan terutama meninggalkan zona nyaman diikuti dan dapat merasakan kualitas hidup yang lebih baik.
Ada beberapa teman saya yang punya keinginan untuk mandiri namun belum mewujudkannya. Alasannya masih harus bertanggung jawab menghidupi orang-orang yang menjadi anak buahnya.
Mereka tidak mau dapat cap negatif. Atasan yang tidak bertanggung jawab. Apalagi dalam situasi pandemi Covid-19 yang sampai sekarang masih berlangsung.
Teman-teman saya itu ingin saat mereka meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja, semuanya anak buahnya tersenyum bahagia. Melepasnya dengan ikhlas dan senyum gembira. Bukan sebaliknya.
Saya menghargai mereka. Cuma tetap mengingatkan agar jangan sampai terlena yang akhirnya membuat mereka menyesal karena seumur hidupnya selalu berada di zona nyaman.
Selain itu menyiapkan semua anak buahnya agar tetap bisa bertahan, ada limitasinya. Memiliki target. Paling lama tiga tahun. Setelah itu apapun yang terjadi harus berani mengambil keputusan.
Kita memang perlu memikirkan orang lain bahkan berpikir dan membantu banyak orang. Namun untuk keperluan diri sendiri jangan dilupakan. Apalagi mewujudkan semua rencana pribadi yang akhirnya memiliki pengaruh dan manfaat yang besar buat orang lain.
Semoga kemandirian dapat terus diwujudkan dengan tidak terlena saat berada di zona nyaman. Aamiin ya robbal aalamiin...
Terima kasih banyak Tuhan karena selama 16 tahun telah memberikan yang terbaik kepada saya sekeluarga. Alhamdulillah...
Penulis Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional.
Baca juga: PLN Lakukan Pemeliharaan Rutin Guna Menjaga Keandalan Listrik
Baca juga: Tanggapan Karteker Pelatih Atas Kegagalan PSIS ke Puncak Klasemen Liga 1
Baca juga: Disertasi Tentang Smart City, Wali Kota Semarang Raih Gelar Doktor FISIP Undip
Baca juga: Respons Dikta Yovie & Nuno Kena Body Shaming Netizen Hingga Dituding Pakai Narkoba