Berita Features
Kesaksian Eks Cakrabirawa Penjemput AH Nasution, Bantah Tuduhan Komunis, Rela Disiksa di Penjara
Pengalaman pedih di penjara masih tertanam di bawah sadarnya. Ia masih suka mengigau hingga mengerang sakit seperti sedang disiksa
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Selain itu, ia sudah kenyang dengan bermacam jenis hukuman di penjara.
Ia masih mengingat saat kedua tangannya diikat di kursi, lalu tubuhnya disetrum dengan tegangan listrik hingga ia terpental.
Kakinya pernah ditindih kaki kursi, lalu petugas mendudukinya dengan sekuat tenaga.
Tubuh Sulemi sampai harus digotong menuju sel karena tak bisa berjalan usai diperiksa.
Sulemi meyakinkan ia tak sedang mengarang cerita.
Ia hanya menyampaikan pengalamannya. Ia pun siap menanggung risiko atas kejujurannya.
Seperti saat ia masih dipenjara karena dituduh terlibat dalam G30 SPKI.
Dalam kondisi tertekan hingga disiksa, Sulemi tak pernah mengubah pendiriannya.
Ia selalu membantah tuduhan atas keterlibatannya dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
"Saya lebih baik mati disiksa daripada harus mengakui sebagai komunis," katanya saat itu
Ia hanyalah seorang prajurit rendah, begitu pun teman-temannya sesama anggota Cakrabirawa.
Ia tidak mungkin berani mengambil keputusan sendiri untuk menjemput Jenderal AH Nasution, kecuali atas perintah komandan.
PKI, atau partai apapun yang berhaluan politik, ia tak punya kepentingan di dalamnya.
Sebagai seorang prajurit, ia hanya melaksanakan perintah untuk kepentingan melindungi negara.
Suatu hari di Bulan September 1965, Sulemi dan seluruh anggota Cakrabirawa dikumpulkan oleh Komandan Batalyon 1 Kawal Kehormatan (KK) Cakrabirawa Letkol Untung Samsuri.