Berita Features
Kesaksian Eks Cakrabirawa Penjemput AH Nasution, Bantah Tuduhan Komunis, Rela Disiksa di Penjara
Pengalaman pedih di penjara masih tertanam di bawah sadarnya. Ia masih suka mengigau hingga mengerang sakit seperti sedang disiksa
Penulis: khoirul muzaki | Editor: muslimah
Di situ diumumkan situasi negara sedang gawat.
Muncul isu akan ada kudeta dari sejumlah perwira angkatan darat pada tanggal 5 Oktober 1965.
Isu ini perlu disikapi serius. Cakrabirawa harus siaga untuk melindungi Presiden Soekarno.
28 September 1965, dalam apel terbuka, seluruh pasukan Cakrabirawa dipersiapkan untuk menjemput para jenderal kontrarevolusi pada 1 Oktober dinihari.
Isu kudeta ini tentu membuat Cakrabirawa berang.
Terlebih mereka punya tugas khusus untuk melindungi presiden, termasuk dari upaya kudeta.
Mendengar pengumuman itu, Sulemi pun berpikir, Presiden Soekarno dalam bahaya. Ada yang akan menggulingkan pemimpin revolusi.
"Pikiran kami, ada yang mau menggulingkan pemimpin revolusi. Karena itu kami siap melaksanakan perintah komandan,"katanya.
30 September 1965, sebelum misi itu dijalankan, ia melihat Letkol Untung bersama Kolonel Latief sempat menemui Panglima Kostrad Soeharto di RS Subroto.
Soeharto saat itu sedang menunggui Tommy Soeharto yang dirawat karena tersiram air panas.
1 Oktober 1965 dini hari, pasukan disebar untuk menjemput para jenderal.
Satu rombongan penjemput jenderal berisi sekitar 35 prajurit, termasuk di dalamnya anggota Cakrabirawa.
Sulemi termasuk dalam rombongan pasukan yang bertugas menjemput Jenderal AH Nasution.
Pemahaman Sulemi, rombongan pasukannya diperintah untuk menjemput AH Nasution agar menghadap presiden Soekarno.
Namun Nasution berhasil lolos keluar dengan melompat pagar. (*)