Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Cilacap

Kemiren Asri, Kampung Ekonomi Kreatif di Tengah Pandemi, Usaha Jahe Merah Hasilkan Puluhan Juta

Pernah masuk zona merah COVID-19, membuat segala aktifitas ekonomi warga di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap.

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: moh anhar

TRIBUNJATENG.COM, CILACAP - Pernah masuk dalam zona merah COVID-19, membuat segala aktifitas ekonomi warga di Kelurahan Tegalkamulyan, Kecamatan Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap seakan lumpuh. 

Protokol kesehatan harus dikedepankan tapi ekonomi rakyat juga mesti terus berjalan. 

Dengan segala keterbatasan, kaum ibu di Kelurahan Tegalkamulyan bangkit dan menginisiasi Kampung Ekonomi Kreatif untuk Masyarakat Mandiri (Kemiren Asri). 

Baca juga: Wali Kota Semarang Hendi Minta Dinas Perdagangan Evaluasi Penataan Lapak Pasar Johar

Baca juga: Pedagang Sayangkan Hasil Undian Lapak, Banyak Pedagang Pasar Lain Masuk Johar Utara Semarang

Baca juga: Polda Jateng Prakarsai Mageri Segoro, Gubernur Ganjar Pranowo Siap Gaspol Tanam Mangrove di Pesisir

Mereka menghimpun diri menjadi sebuah koperasi yang didalamnya ada beberapa kelompok usaha, salah satunya dalam pembuatan hand sanitizer dan berbagai olahan jahe merah. 

Ketua Kelompok Patra Asri, Rumdani Prapti Sumiwi mengatakan saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) segala aktifitas usahanya berhenti. 

"Saat itu kita bingung dan berpikir usaha apa yang bisa tetap menghasilkan saat pandemi. 

Kita ada lidah buaya di kebun, lalu mulai berpikir apakah mungkin bisa dijadikan hand sanitizer," terangnya kepada Tribunjateng.com, Kamis (7/10/2021). 

Tercetuslah ide membuat hand sanitizer berbahan lidah buaya yang memanfaatkan dari kebunnya sendiri. 

Prapti bersama dengan ibu-ibu yang lain kemudian mencoba meracik sendiri hand sanitizer dari bahan lidah buaya dengan ekstrak kayu putih. 

Baca juga: Rudiger Tunda Pembicaraan Perpanjangan Kontrak Bareng Chelsea, Isyarat Tinggalkan Liga Inggris?

Baca juga: Cegah Abrasi Lewat Mageri Segoro, Polres Pati Tanam 5 Ribu Pohon Mangrove di Pesisir Bulumanis Kidul

Melihat potensi usaha yang diinisiasi ibu-ibu di Kemiren Asri, CSR Pertamina Refinery Unit IV Cilacap mencoba membantu dalam hal uji laboratorium terkait kelayakan dari produk hand sanitizer.

Handsanitizer itu kemudian diuji laboratorium sampai empat kali sampai dinyatakan layak jual dan edar. 

Tidak hanya memanfaatkan lidah buaya, ibu-ibu Kemiren Asri juga memanfaatkan jahe merah yang juga didapat dari kebun warga untuk menjadi berbagai macam olahan pangan. 

Prapti dan ibu-ibu lainnya mengaku tidak menyangka akan beralih usaha ke jahe merah dan pembuatan hand sanitizer berbahan lidah buaya. 

Karena sebelum pandemi dia adalah pengusaha jamur tiram dan keripik. 

Namun hal itu adalah jalan agar dia bersama kelompok usahanya tetep menghasilkan rupiah dikala pandemi. 

Karena banyak juga ibu-ibu yang merupakan pekerja membutuhkan penghasilan harian untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. 

"Lidah buaya ini dari kebun sendiri, awalnya mau dibuat aneka makanan, tapi beralih jadi hand-sanitizer. 

Alhamdulillah pernah produksi sampai 700 liter per bulan," katanya. 

Dari 700 liter itu setara dengan sebanyak 7.000 botol dengan harga satu botol Rp 10 ribu. 

Hand sanitizer karya ibu-ibu Patra Asri ini sudah layak jual, dan hanya tinggal meminta ijin edar dari Propinsi.

Terkait strategi pemasaran, ia mengaku lebih banyak memanfaatkan melalui sosial media seperti Facebook dan instagram. 

Bahkan ada pula para TKW diluar negeri seperti Hongkong yang menjadi reseller dan menjualnya kembali baik di luar atau di dalam negeri. 

"Setiap Rabu kita titipkan ke agen di Hongkong yang pesan 10 botol," katanya. 

Tak hanya memberdayakan ibu-ibu sekitar, Prapti juga adalah seorang pengajar kewirausahaan di sekolah paket B dan C di Cilacap. 

Total siswanya sampai 600 orang dan dalam kesempatan itu dia selalu mengajarkan pembuatan hand sanitizer. 

Usaha Jahe Merah sendiri yang diolah menjadi serbuk minuman, dan permen jahe, omsetnya sampai Rp 10 juta perbulan.

Salah seorang penikmat minuman Jahe Merah, Lusiana mengatakan rasa minuman jahe yang diproduksi ibu-ibu kelompok Patra Asri terasa lebih hangat dan alami. 

"Rasanya hangat, dan lebih alami karena diproses dari Jahe Merah alami dan tidak banyak campuran. 

Enak sekali di tenggorokan dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh di kala pandemi ini," katanya. 

Omset Rp 10 juta perbulan dari Jahe Merah berbeda jauh dengan usaha sebelumnya yaitu jamur tiram yang hanya menghasilan Rp 3-6 juta perbulan. 

Ibu-ibu disana juga merasa terbaru dengan kegiatan ekonomi bersama itu, dan biasanya membawa upah Rp 50 ribu perhari. 

"Support pertamina sudah 11 tahun kita dibina, harusnya sudah dilepas tapi kita selalu mengajukan dan terus dicover. 

Baca juga: Kronologi Nasabah di Kudus Kehilangan Rp 5,8 Miliar di Bank BUMN, Berawal dari Kartu ATM Terblokir

Baca juga: Danu Beberkan Alasan Kenapa Sidik Jarinya Berserakan di Mobil Tempat Jasad Tuti dan Amalia Ditumpuk

Karena ini untuk pemberdayaan perempuan juga," katanya. 

Diketahui bahwa mayoritas warga pria adalah seorang nelayan, sementara para ibu-ibunya menganggur. 

Oleh karena itu melalui kegiatan usaha ini ibu-ibu agar lebih diberdayakan dan memberikan penghasilan tambahan. (*)

TONTON JUGA DAN SUBSCRIBE :

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved