Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Kendal

Bermodalkan Hobi Menulis, Farid Warga Kaliwungu Kendal Genapkan Karya 14 Buku

Lahir dari kalangan keluarga non-akademisi tak menyusutkan tekad Farid Ahmadi untuk berkarya dan berprestasi di bidang akademis. 

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: moh anhar
Dokumentasi Pribadi Narasumber
Farid Ahmadi warga Desa Kutoharjo, Kecamatan Kaliwungu Selatan, Kendal menunjukkan beberapa karya buku terbitan internasional, Minggu (24/10/2021). 

"Konsep pembelajaran saya kepada mahasiswa setelah saya jadi dosen adalah menulis dan menulis. Baik itu di Indonesia maupun di negara lain," tuturnya.

Farid juga telah membukukan 14 Artikel terindex Scopus,
24 Artikel terindex WOS, dan 240 Dokumen Google Scholar.

Ia juga menyabet beberapa gelar lain seperti, Best Paper AIPAR Australia 2016, Best Paper ISER Malaysia 2015, Best Paper AMCA Manila 2017.

Runner Up Dosen berprestasi Bidang Humaniora Unnes 2016, Sertifikasi Reviewer Internasional Quantum 2017, 
peringkat 3 Peneliti Terbaik Bidang Humaniora Unnes 2020, dan peringkat 1 Dosen terproduktif fakultas ilmu pendidikan (FIP) Unnes 2020.

Kini, Farid menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik FIP Unnes dan Sekretaris Umum Himpunan Dosen PGSD Indonesia.

Farid juga aktif terlibat dalam penelitian kolaborasi dengan berbagai universitas luar negeri.

"Saya memang suka nulis dan ngomong (berbicara). Kalau mulai aktif nulis buku sejak 2015 lalu. Alhamdulillah saat ini ada 4 buku terbitan internasional," ujarnya.

Farid tak menyangka, dari pendidikan bisa menghantarkannya ke-23 negera di Eropa, dan Asia.

Semua itu didapatkan dari hasil kerja kerasnya dalam belajar. 

Baca juga: Kembali Menguat, Ini Pergerakan Harga Emas Antam Akhir Pekan Ini

Baca juga: Lantik Pengurus Kwartir Ranting Pramuka Karimunjawa, Hesti: Bangkitkan Gerakan Kepanduan

Baca juga: Sebagian Warga di Desa Gempol Ambarawa Kabupaten Semarang Masih Tempati Tenda Darurat

Meskipun sempat pesimistis dengan kondisi perekonomian keluarga yang terbatas. 

"Banyak pengalaman yang saya dapat dari kebiasaan di berbagai negara. Yang baik-baik saya coba adopsi di Indonesia. Termasuk metode pengajaran dengan tidak membatasi dosen dan mahasiswa, juga pengajaran yang mengedepankan kedisiplinan tinggi," terangnya. (*)
 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved