Berita Solo
Suksesi Pura Mangkunegaran, Ada Gelagat Persaingan antara Paundra dan Bhre?
Suksesi pemimpin di Puro Mangkunegaran belakangan menghangat. GPH Paundrakarna Jiwa Suryanegara yang merasa disepelekan.
Penulis: Muhammad Sholekan | Editor: moh anhar
Peliknya terkait pengganti sosok pimpinan di Pura Mangkunegaran ini menyebabkan hasil final akan tergantung pada keputusan keluarga inti.
Keluarga inti di Pura Mangkunegaran atau para sesepuh yang berhak menentukan penerus selanjutanya.
Di antaranya permaisuri Mangkunegara IX, Gusti Kanjeng Putri (GKP) Prisca Marina Yogi Supardi dan dua saudara Mangkunegara IX yakni Bendara Raden Ajeng (BRAj) Retno Satuti Rahadiyan Yamin dan BRAj Retno Rosati Hudiono Kadarisman.
“Tinggal tiga itu. Ibu Satuti sebagai saudara kandung tertua almarhum dan Ibu Rosati, adiknya, serta permaisuri. Mereka akan berembuk, siapa kira-kira dari tiga kandidat adipati yakni Gusti Paundra, Gusti Bhre, dan KRMH Roy Rajasa Yamin yang mendapat pulung jadi penguasa Pura Mangkunegaran," ucap seseorang di lingkaran dalam Istana Mangkunegaran yang enggan disebut namanya.
Sementara itu, Pegiat Sejarah dan Budaya Solo Raya, Surojo mengatakan bila dilihat dari silsilah pergantian di Pura Mangkunegaran, mulai Mangkunegara II hingga Mangkunegoro IX selalu berubah sesuai dengan situasi.
Suksesi di Pura Mangkunegaran tidak selalu dipegang atau menurun kepada anaknya.
Baca juga: Perhompedin: Pasien Kanker Boleh Divaksin Covid-19, Ini Ketentuan yang Harus Diikuti
Baca juga: Berwisata di Semarang Kembali Bergairah, Hutan Tinjomoyo Jadi Pilihan Jalan-jalan di Tempat Asri
Artinya, beberapa keluarga keturunan Mangkunegaran memiliki kesempatan untuk menjadi penguasa atau orang nomor satu di Pura yang didirikan oleh Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I.
"Dalam suksesi di Pura Mangkunegaran tidak mutlak harus putra mahkota dari Mangkunegara sebelumnya,” ucapnya.
Dia menilai, Pura Mangkunegaran merupakan sebuah kerajaan catur sagotro dinasti Mataram Islam yang demokratis.
Hal ini dilihat dari pola suksesi yang terjadi sejak Mangkunegara II hingga Mangkunegara IX.
Pemilihan Penguasa Pura Mangkunegaran selalu menerapkan pola situasional sehingga tidak bisa ditebak siapa penerus berikutnya.
“Diawali dari Adipati Mangkunegara II, dia ini merupakan cucu Adipati Mangkunegara I, jadi bukan anaknya langsung,” terangnya.
Kemudian Adipati Mangkunegoro III dan Adipati Mangkunegoro IV. Keduanya sama-sama cucu dari Mangkunegara II,” ujarnya.
Perubahan pola terjadi dalam suksesi Mangkunegara V, yang dijabat oleh anak dari Adipati Mangkunegara IV.
“Kemudian Adipati Mangkunegara VI, yang menjabat adalah adik dari Adipati Mangkunegaera V. Di sini beda lagi polanya,” terangnya.