Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Pendidikan

Wujudkan Merdeka Belajar Kampus Merdeka Lewat Bahasa - Sastra Indonesia, Ini Gagasan 3 Dosen UPGRIS

Sejumlah upaya dilakukan agar Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menjadi gagasan besar dalam mewujudkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: moh anhar
tangkapan layar webinar
Tangkapan layar dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Ngatmini memberikan pemaparan pada webinar Bulan Bahasa 

TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Ada sejumlah upaya yang bisa dilakukan agar Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menjadi gagasan besar dalam mewujudkan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).

Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggulirkan program MBKM.

Dalam program ini, mahasiswa bisa belajar di luar program studi yang ditempuh.

Baca juga: Baru Kenal Lewat Media Sosial, Pemuda Karanganyar Ini Hendak Lakukan Pencabulan saat Ajak Bertemu

Baca juga: 70 Siswa dan Tenaga Pendidik di Semarang Positif Covid-19, Dinkes Pastikan Tidak Klaster Sekolah

Baca juga: Dieng Culture Festival Digelar, Gubernur Ganjar: Pastikan Semua Senang dan Tetap Ketat Prokes

Tujuannya, untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan serta wawasan lebih luas untuk menghadapi perkembangan dunia yang sangat cepat.

"Harus ada perubahan mindset guru, dosen, pengelola. Lalu adaptasi terhadap perubahan, ada pembaharuan. Bebas berpikir dan bebas mengembangkan potensi, bebas berinovasi, dan bebas berkreasi," kata Dosen Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas PGRI Semarang (UPGRIS), Ngatmini saat webinar Bulan Bahasa, Sabtu (30/10/2021).

Menurutnya, peranan bahasa yang diaplikasikan pada mata kuliah yakni terkait menulis (ejaan, diksi, pembentukan kata, kalimat, paragraf), tetapi bukan tentang Bahasa Indonesia.

Melainkan, tentang bagaimana mahir berbahasa Indonesia secara lisan dan tertulis.

"Pemahaman atau penggunaan bahasa sebagai sarana penguasaan ilmu, teknologi, dan seni, serta sebagai sarana pengembangan daya kritis dan kreatif. Literasi digital juga dibutuhkan," ucapnya.

Sementara, dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Madiun (FKIP Unipma), Dwi Rahman Sholeh membeberkan bahwa bahasa dan sastra menjadi palang pintu kebebasan, keberanian, dan kemandirian berpikir, berimajinasi, dan berekspresi tentang sesuatu.

"Sastra sebagai vitamin batin. Sastra dijadikan sebagai unsur utama dalam pembelajaran. Sastra sebagai pesanggrahan agung. Sastra menyuguhkan nilai emosional dan spiritual sejati yang merupakan tombo ati bagi yang berkenan mendalami," ujarnya.

Ia mengatakan, dalam Merdeka Belajar semua pihak mempunyai tanggung jawab menumbuhkan generasi Indonesia tumbuh penuh dengan simpati, dan empati.

"Kemudian, tumbuh menjadi generasi humanis, cinta diri sendiri, cinta keluarga dan cinta tanah airnya, sehingga melahirkan rasa bangga terlahir sebagai rakyat Indonesia," katanya.

Dosen FKIP Universitas PGRI Mahadewa Indonesia (UPMI), Ketut Yarsama menuturkan, pada era Merdeka Belajar, pembelajaran sastra diharapkan mampu menemukan porsi dan tujuan semestinya.

"Dosen dan guru berimprovisasi dan melakukan pembaharuan cara mengjar, mendaur ulang model pendekatan, metode, alat, sumber evaluasi yang sesuai dengan dimensi kekinian," ucap Ketut.

Implementasi Merdeka Belajar dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, kata dia, yakni dosen memiliki kebebasan berpikir.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved