Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Batang

Tak Ingin Rusak Alam, Petani di Batang Mulai Budidaya Turunan Pohon Gaharu 

Pohon Gaharu atau Agarwood merupakan salah satu tanaman yang terkenal memiliki nilai ekonomis hingga mencapai ratusan juta. 

Penulis: dina indriani | Editor: moh anhar
TRIBUN JATENG/DINA INDRIANI
Pegiat Gaharu asal Blitar Jawa Timur, Dewi Fortuna bersama petani desa Sempu kecamatan Limpung kabupaten Batang melakukan inokulasi. 

TRIBUNJATENG.COM,BATANG - Pohon Gaharu atau Agarwood merupakan salah satu tanaman yang terkenal memiliki nilai ekonomis hingga mencapai ratusan juta. 

Hal itu lantaran Pohon Gaharu memiliki berbagai manfaat dari pengharum hingga obat herbal.

Semakin hari kayu gaharu permintaannya sangat tinggi, baik di pasar nasional maupun pasar internasional.

Baca juga: Berwisata Ramah Anak di PIK Kendal, Mulai Taman Bermain hingga Edupark

Baca juga: Bergesernya Penggunaan Bahasa Kalangan Milenial di Media Sosial, Sebuah Kreativitas Berbahasa?

Baca juga: Perbaikan Pasar Darurat Weleri Kendal Ditarget Tuntas November, Pedagang Bisa Pindah Awal Desember

Kini jumlah populasi di hutan Indonesia terancam punah. 

Untuk memenuhi kebutuhan pasar dan agar tidak ketergantungan sumber daya alam hutan. 

Dalam tujuh tahun terakhir petani di Kabupaten Batang mulai banyak yang membudidayakan pohon gaharu yang ditanam di kebun maupun lahan tidur. 

Namun karena salah penanganan, ribuan tanaman bernama latin Aquilaria Malaccensis tersebut tidak banyak produktif sehingga potensi ekonominya pun kurang bisa dimaksimalkan.

Setelah diupayakan ada pendampingan dari tim ahli dari luar daerah dengan metode yang benar selama tiga bulan.

Hasilnya mulai dapat dirasakan seperti kembalinya tanaman tersebut memiliki harapan untuk bisa dipanen.

Seperti metode pendampingan budidaya tanaman Gaharu yang ada di desa Sempu kecamatan Limpung, kabupaten Batang, Jawa Tengah. 

Para petani setempat diberikan pelatihan inokulasi atau cara menyuntikan pohon gaharu dengan serum atau vaksin yang dibuat sendiri.

Saat ini, hampir 5000 pohon yang dibudidayakan sudah dalam kondisi tersuntik, dan harapan untuk bisa dipanen pun terbuka. 

"Dalam memutus rantai ketergantungan kayu gaharu yang dipanen dari hutan harus dilakukan berbagai upaya, salah satuya dengan pendampingan atau berbagi keahlian kepada para petani," tutur pendamping sekaligus pegiat Gaharu asal Blitar Jawa Timur, Dewi Fortuna, Minggu (14/11/2021). 

Menurut Dewi, untuk menjaga kelestarian alam dari kepunahan, salah satu solusinya dengan budidaya metode rekayasa seperti menyuntik pohon dengan cara dibor kemudian diberikan serum untuk merangsang pohon gaharu menghasilkan gubal. 

Dengan adanya metode yang benar dari hasil pelatihan sekaligus pendampingan membuka harapan petani untuk memanfaatkan potensi kayu gaharu tanpa melanggar hukum, termasuk kesempatan menghasilkan nilai tambah tanaman gaharu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved