Berita Jateng
Kegigihan Eksan Berdayakan Petani Bikin Dewi Sri Kembali ke Klaten
Masih segar dalam ingatan guru SD Islam Al Uswah Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Klaten ini aroma dan rasa nasi yang dimakan saat masa kecil dahulu
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: muslimah
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Rasanya yang enak dan pulen serta potensi panen yang lebih tinggi memicu ketertarikan Eksan Hartanto untuk mengajak para petani menanam kembali padi jenis Rojolele.
Satu suap demi satu suap nasi di piring perlahan dihabiskan. Setiap kepalan nasi yang masuk ke mulut menggunakan tangan dicoba untuk diresapi rasanya oleh Rajif Husein Karbella (30). Nasi panas yang masih mengeluarkan asap atau dalam Bahasa Jawa: kemebul, merupakan kesukaannya.
Masih segar dalam ingatan guru SD Islam Al Uswah Desa Sribit, Kecamatan Delanggu, Klaten ini aroma dan rasa nasi yang dimakan saat masa kecil dahulu. Aroma wangi tercium, tidak pera, dan ada rasa manis. Namanya beras Rojolele.
Namun, kata dia, saat ini beras yang serupa itu seolah tinggal cerita. Meskipun banyak beras premium yang tersedia di toko beras, tetapi tidak ada yang memiliki rasa dan aroma khas Rojolele.
"Iya memang banyak beras dijual di pasaran dengan tulisan di kemasannya 'Rojolele Khas Delanggu'. Tapi itu berbeda dengan beras Rojolele asli Delanggu yang saat ini jarang ditemukan, bahkan tidak ada," kata Rajif ketika ditemui di rumahnya.
Ibunya sering memasak beras dengan label 'Beras Rojolele Delanggu' di kemasannya yang berwarna bening dengan gambar dua ekor lele. Namun, kenyataannya, rasa yang dulu tidak pernah ada dalam setiap bulir nasi.
Pria yang juga aktif di beberapa organisasi keagamaan dan kemasyarakatan di Delanggu ini menyebut Rojolele merupakan beras asli Delanggu. Dulu banyak ditanam di sawah- sawah di sejumlah desa di kecamatan ini.
Beberapa petani juga menanamnya di kecamatan sebelah, semisal di Polanharjo. Selain bisa dibilang pusat produksi Rojolele, Delanggu juga dikenal pusat pengemasan beras sebelum diedarkan ke daerah- daerah lain.
"Bisa dikatakan Delanggu itu merupakan rumah Rojolele. Dulu bisa dikatakan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Delanggu seolah- olah sangat cocok dengan beras varietas Rojolele," ujarnya.
Meskipun demikian, ia patut berbahagia ada seorang pemuda di Delanggu yang sangat bersemangat untuk mengembalikan beras Rojolele ke kampung halaman di Kecamatan Delanggu.
"Iya, ada kumpulan masyarakat, seperti komunitas, yang ingin mengembalikan kejayaan Rojolele di Delanggu ini. Pak Gubernur (Ganjar Pranowo) datang saat proses penanaman perdana untuk memberikan semangat para petani," kata Rajif.
Tidak jauh, tepatnya di Desa Delanggu, Kecamatan Delanggu, Klaten, sejumlah petani terlihat tengah menandur padi di satu petak sawah. Berisik dersik terdengar dari dedaunan yang bertabrakan satu sama lain di pohon yang ada di tepi sawah.
Dengan badan membungkuk, para petani yang kebanyakan perempuan sepuh satu persatu membenamkan ujung bawah benih padi ke dalam tanah sawah. Di sawah sudah terdapat garis- garis kotak yang digunakan sebagai penanda pola penanaman.
Tulisan 'Rojolele Tanam Kembali untuk Negeri' dan 'Dari Delanggu, Bersama Kita Maju' serta gambar petani tengah mengangkat beberapa tangkai padi terdapat di kaus putih yang mereka kenakan.
Mereka tergabung dalam komunitas petani Sanggar Rojolele. Sanggar ini mengumpulkan para petani yang bertekad mengembalikan kejayaan masa lampau beras Rojolele di tanah Delanggu.