Berita Semarang
Dosen UT Semarang Kembangkan Wisata Kuliner Singkong, Tingkatkan Perekonomian Warga Wonosari
Pengembangan wisata berbasis kuliner akan perkuat daya tarik satu destinasi wisata.
Penulis: mamdukh adi priyanto | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG - Pengembangan wisata berbasis kuliner akan memperkuat daya tarik satu destinasi wisata.
Hal ini diungkapkan dosen UT Semarang,

Yuli Haryati melalui keterangan tertulis, Jumat (26/11/2021).
Yuli merupakan ketua tim dosen UT yang melaksanakan pengembangan wisata kuliner di Kelurahan Wonosari, Kota Semarang. Pengembangan wisata berbasis kuliner telah dilakukan tim selama 3 tahun.
"Kali ini kami fokus pengembagan wisata berbasis kuliner olahan singkong (olasi). Selain menjadi pemikat wisatawan, juga menjadi pelengkap kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanannya," kata Yuli.
Seperti diketahui, di keluarahan ini terdapat sejumlah daya tarik wisata. Kelurahan ini juga merupakan kampung tematik Kota Semarang sebagai destinasi wisata.
Menurutnya, agar destinasi wisata bisa mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan harus ditopang dengan keberhasilan menciptakan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif, terutama warga di kelurahan tersebut.
"Warga Kota Semarang kini memiliki satu lagi tempat wisata kuliner yang dapat dikunjungi pecinta kuliner khususnya olahan singkong. Diharapkan ini juga bisa menggerakan roda perekonomian masyarakat sekitar," ujarnya.
Wonosari sebagai destinasi wisata kampung tematik berbasis kuliner olahan singkong ini telah diresmikan Direktur UT Semarang, Moh Muzammil dan diserahterimakan pada warga setempat yang disaksikan Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita G Rahayu.
Direktur UT Semarang, Moh Muzammil menuturkan, peran penting SDM unggul di industri pariwisata adalah sebagai penggerak kelangsungan industri ini.
"Pelaku utama, yakni masyarakat, menciptakan produk pendukung daya tarik wisata seperti kuliner olahan singkong ini," katanya.
Produk kuliner, lanjutnya, tidak hanya memiliki makna pemuas lidah wisatawan, tetapi juga menampilkan makanan khas. Lantaran, di kelurahan tersebut banyak bahan bakunya.
Kemudian, karena kekhasan tersebut, masyarakat harus bisa menjelaskan terkait produk khas di daerahnya tersebut.
Hal ini untuk memperluas wawasan wisatawan.
"Wawasan wisatawan yang dimaksud, tidak hanya berkutat tentang rasa dan atau bumbu yang digunakan, tetapi juga bagaimana cara menyajikan, tradisi yang berkaitan dengan kuliner tersebut, juga unsur geografis di daerah tersebut hingga di lokasi banyak bahan baku berupa singkong," ucapnya.
Di sana pengunjung juga bisa belanja sayuran organik, jamur tiram dan lele.
Lantaran tempat wisata ini dilengkapai kebun sayur organik, dan budidaya jamur tiram, serta budidaya ikan dalam ember yang dikelola warga dan mendapatkan pendampingan dari tim dosen UT Semarang. (*)