Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Polisi Masukkan Anjing ke Rumah Anak Suratmi, Lansia Mati Tak Wajar: ada yang fitnah saya bunuh ibu

Polisi memeriksa bagian dalam rumah anak Suratmi setelah kematian tak wajar nenek itu.

Penulis: Saiful Ma sum | Editor: Daniel Ari Purnomo
Tribun Jateng/ Saiful Masum
Rumah Suratmi (70) warga Desa Korowelanganyar, Cepiring, Kendal tampak sepi dengan dipasang garis pembatas dari polisi, Senin (20/12/2021). 

TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - Penyelidikan kasus kematian tragis Suratmi (70) warga Korowelanganyar, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal terus berlanjut.

Satreskrim Polres Kendal telah memanggil semua anggota keluarga korban yang berada di Kabupaten Kendal untuk dimintai keterangan.

Sementara keluarga lain yang tinggal di Jakarta masih dalam perjalanan ke Kabupaten Kendal.

Usai korban ditemukan terkapar di lantai dapur rumahnya pada, Minggu (19/12/2021) kemarin, jajaran kepolisian Polres Kendal turun langsung ke lokasi kejadian untuk melakukan penyelidikan.

Termasuk rumah milik putra kelima korban, Suparmo (47) dan istrinya Nuerianti (44).

Saat ditemui di kediamannya, Nuerianti yang berstatus sebagai anak mantu dari korban mengaku kaget rumahnya didatangi jajaran kepolisian dengan membawa anjing pelacak, Minggu siang.

Nuer yang saat itu sedang beberes rumah bertanya-tanya maksud kedatangan polisi ke rumahnya.

Ia sempat menyangka telah terjadi musibah yang menimpa suaminya saat bekerja di luar kampung.

"Saya itu kaget dan enggak habis pikir, saya enggak tahu apa-apa, tiba-tiba polisi banyak datang ke rumah saya. Bawa anjing pelacak juga, kan kaget, ada apa," jelasnya, Senin (20/12/2021).

Nuer yang saat itu panik dan bingung dimintai keterangan atas kematian mertuanya.

Seluruh sudut rumahnya diendus anjing pelacak.

Perempuan satu anak itu lantas bertanya-tanya kepada polisi, ada apa yang sebenarnya terjadi.

"Awalnya saya dikasih tahu kalau mama mertua saya meninggal. Saya sempat pinsan, terus dibangunkan polisi. Setelah suami saya pulang, baru ditanya kegiatan kami, termasuk anak saya. Di situ polisi bilang, ada yang lapor kalau saya yang membunuh mama mertua," terang dia.

Nuer enggak tahu siapa yang tega memfitnahnya.

Dia mengaku hanya bisa memberikan keterangan soal apa yang dia kerjakan di hari itu.

"Saya bilang ke polisi apa adanya, saya di rumah, saya lakukan kerjaan rumah, pintu rumah pun saya kunci," lanjut Nuer.

Sementara suaminya, Suparmo mengaku tidak mengetahui pasti kapan ibunya ditemukan bersimbah darah.

Katanya, di hari kejadian itu, ia sudah berangkat kerja pagi buta.

Tak ada kabar apapun yang masuk ke ponselnya sampai pulang kembali sekiranya pukul 12.00 siang. 

"Saya pulang itu sudah ada polisi di rumah saya. Saat ditanya, ya kami sampaikan apa adanya," tutur Suparmo.

Putra kelima dari korban itu mengaku tidak sempat melihat jasad ibunya karena sudah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara Semarang.

Ia beserta istri dan saudara-saudaranya menjalani pemeriksaan lebih lanjut di Mapolres Kendal hingga malam hari.

"Kami diperbolehkan pulang sekitar pukul 21.00, sementara anak ke-7 dari ibu masih menjalani pemeriksaan di Polres malam itu," terang dia.

Selepas pulang dari Polres Kendal, Suparmo dan saudaranya mengurus pemakaman jasad ibundanya pada Minggu malam.

Hubungan Baik

Suparmo yang tinggal paling dekat dengan rumah ibunya menjelaskan, bahwa selama ini hubungan keluarganya baik-baik saja.

Ibunya yang menjadi korban dugaan penganiayaan tinggal sendiri di sebuah gubuk.

Kesehariannya disibukkan menjadi petani di sawah belakang rumahnya.

Selama kurang lebih 3,5 tahun hidup sendiri, kata Suparmo, kebutuhan makanan ibunya disuplai anak-anaknya.

Dua putranya yang sering membawakan makanan adalah putra pertama dan putra ke tujuh yang dikenal Tumik'an (Sunarto).

"Total anak ibu ada 8 orang, empat orang tetap tinggal di Kendal, 3 orang di Jakarta, dan seorang lagi sudah meninggal," jelasnya.

Suparmo sempat melihat polisi mengamankan sebuah parang yang diambil dari dalam rumah ibunya. 

Ia tidak megetahui persis parang itu milik siapa dan untuk apa.

Sementara tidak ada barang ibunya yang hilang pasca kejadian.

"Kalau penuturan warga sekitar, ibu saya jam 07.00 pagi masih beli lauk di warung. Kalau saya biasa ketemu setiap melewati tumah ibu saya. Minta doanya saja yang terbaik untuk almarhum ibu saya," pinta dia. (Sam)

Luka di Kepala

Kasatreskrim Polres Kendal, AKP Daniel Artasasta Tambunan mengungkapkan, berdasarkan hasil autopsi, penyebab kematian korban diakibatkan luka dalam pada bagian kepala.

Akibat trauma tumpul yang disebabkan benturan keras dengan benda tumpul.

Selain itu, ditemukan pula luka memar pada pundak sebelah kiri, luka lebam pada leher belakang, luka lebam pada dahi, dan tiga luka sobek sepanjang 3 sentimeter di bagian kepala.

"Waktu kematian diperkirakan kurang lebih 6 jam - 12 jam dari dilakukannya autopsi," ungkap dia.

Saat ini, Satreskrim Polres Kendal tengah menyelidiki lebih lanjut tentang dugaan penganiayaan terhdap Suratmi hingga meninggal.

Sementara tetangga korban, Dakrun mengaku tidak mengetahui bahwa tetangganya meninggal Minggu pagi.

Saat kejadian, ia sedang sibuk di dapur rumahnya untuk menyiapkan usaha ikan asap.

Bahkan, ketika Dakrun pergi ke warung pun belum mengetahui kematian nenek yang menjadi tetangga.

"Tahu-tahu pas pulang dari warung ada ramai-ramai di depan rumah mbah Ngatmi (Suratmi), ternyata meninggal," ujarnya. 

Menurut dia, korban adalah orang yang baik dan srawung kepada tetangga-tetangganya.

Namun demikian, ia tidak mengetahui apakah ada permasalahan di antara keluarga korban hingga sang nenek tinggal sendiri terpisah dari putra-putranya. (Sam)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved