Fokus
Fokus : Menata Pasar Johar Biar Pas
"Pasare Resik, Rejekine Apik" Kata-kata mutiara ini seringkali kita lihat di spanduk-spanduk yang terpasang di berbagai sudut pasar tradisional.
Penulis: moh anhar | Editor: Catur waskito Edy
Oleh Moh Anhar
Wartawan Tribun jateng
"Pasare Resik, Rejekine Apik" Kata-kata mutiara ini seringkali kita lihat di spanduk-spanduk yang terpasang di berbagai sudut pasar tradisional.
Pasar yang seringkali identik dengan kekumuhan, kesemrawutan, kotor, dan bau, dicoba untuk diubah citranya.
Ada harapan, bila pasarnya tampil bersih, maka akan lebih mampu memikat pengunjung, suasana nyaman dan menyenangkan. Selanjutnya akan mendongkrak aktivitas jual beli di dalam lingkungan pasar tersebut.
Begitu pun Pasar Johar Kota Semarang yang telah diresmikan Presiden Jokowi, Kamis (07/01/2020). Pasar tradisional terbesar dengan bangunannya yang termegah ini memang layak untuk menjadi landmark kota.
Pasar ini pernah mengalami kebakaran hebat dan meluluhlantakkan seluruh gedung seisinya pada 2015 itu, selanjutnya dilakukan pembangunan kembali pada Oktober 2017.
Proyek pengembalian Pasar Johar dan bangunan pasar lain yang berada di sekitarnya (Kanjengan dan Yaik) menelan dana anggaran sebesar Rp 269,3 miliar.
Kini, banyak pedagang yang sudah masuk pasar kembali, mengisi lapak-lapak mereka, dan melakukan aktivitas jual beli.
Hanya saja memang tingkat kunjungan masyarakat ke Pasar Johar yang dibuka kali pertama pada 1938 ini masih belum bergairah. Mengingat dampak pandemi covid-19 hingga perekonomian yang masih terbilang lesu.
Jumat (7/1/2022), dalam pelantikan pejabat baru tingkat eselon II di lingkungan Pemerintah Kota Semarang, Wali Kota Semarang Hendrar Prihardi menggarisbawahi pentingnya keberadaan Pasar Johar.
Bila persoalan fisik bangunan, yang masuk kategori cagar budaya, ini sudah beres, kini tantangan yang harus dihadapi adalah pengelolaan Pasar Johar dan penataan pedagang.
Pertama, pengelolaan pasar ini berarti mengenai operasional sehari-hari, baik itu pemeliharaan gedung, sanitasi, jaringan air dan listrik, hingga pengaturan sampah.
Kedua, penataan pedagang. Hingga kemarin, persoalan masih mengemuka. Terutama penempatan pedagang yang dinilai tidak pas.
Sebagian pedagang masih merasa belum puas dengan hasil penempatan lapak yang dilakukan Dinas Perdagangan Kota Semarang.
Karenanya, ada sebagian pedagang yang enggan menempati lapak dari hasil undian yang dilakukan Dinas Perdagangan.
Pantauan Tribun Jateng, zonasi pedagang yang dilakukan Dinas Perdagangan memang ada yang belum pas.
Misalnya di Johar Tengah lantai 1, ada warung makan yang bersebelahan langsung dengan lapak-lapak pakaian jadi.
Padahal keberadaan warung makan ada aktivitas masak-memasak, yang tentunya menggunakan kompor api.
Selain itu, warung makan juga membutuhkan fasilitas sanitasi yang layak. Namun, sayangnya, kebutuhan itu tidak terakomodasi.
Sementara lapak yang ada sempit dan saling berhimpitan.
Bila kita naik ke lantai 2 Johar Tengah, penempatan lapak konveksi yang berdampingan dengan los daging dan ikan asin dinilai pedagang juga tidak tepat.
Kritikan semacam ini hendaknya bisa menjadi masukan bagi Dinas Perdagangan, selaku operator Pasar Johar.
Sehingga pasar ini benar-benar menjadi kebanggaan warga Kota Semarang dan ada rasa saling memiliki.(*)
Baca juga: Dokter Tulang Buka Suara Soal Peluang Operasi Laura Anna 1000:1, Kenapa Harus Dilakukan?
Baca juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok Minggu 9 Januari 2021, Virgo Boleh Sedih dan Kecewa
Baca juga: Pedagang Siomay Laporkan Pelanggan Ngutang ke Polisi, Terungkap Berapa Sering Makan Tak Membayar
Baca juga: Kejaksaan Ajukan Banding Atas Putusan Kasus Korupsi Dana Retribusi Uji KIR Dishub Kota Semarang