Wawancara Khusus
WAWANCARA Ubedilah Badrun : Anak Pejabat Beli Saham di Bursa Efek, Uangnya dari Mana?
Nama Ubedilah Badrun belakangan ramai diperbincangkan di media massa maupun di media sosial setelah ia dengan berani melaporkan Gibran Rakabuming
KPK memang sedang mengalami penurunan kepercayaan dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Karena itu saya memberi ruang optimistis itu kepada KPK untuk memulihkan kembali tingkat kepercayaan terhadap mereka.
Ini bisa menjadi mementum agar KPK serius.
Mudahan KPK masih memberi kepercayaan dalam rangka membangun satu pandangan baru tentang KPK bahwa KPK bekerja profesional.
Terkait laporan terhadap Gibran dan Kaesang, kapan anda mulai tertarik mendalami masalah ini?
Sebetulnya hampir setiap hari saya menulis khusus soal reformasi. Saya menulis juga soal oligarki dan korupsi, dan soal runtuhnya sebuah kekuasaan, itu hampir intensif saya menulis tentang itu.
Nah, ini juga sebetulnya ini saya berpikir menjadi tulisan saya berikutnya, tapi karena saya memerlukan data lebih valid, akhirnya saya melakukan riset lebih dalam, termasuk mencari dokumen-dokumen yang membuktikan bahwa betul perusahaan ini ada relasi antara putra dari petinggi republik ini dan putra dari petinggi perusahaan besar.
Anda melakukan pengumpulan data, tentu ada pihak yang membantu. Apakah anda punya tim untuk mengumpulkan data memahami konteks masalah?
Kalau soal data, kawan-kawan aktivis 98 itu kan banyak yang sudah menjadi profesional di banyak tempat.
Ada yang jadi advokat, ekonom, pebisnis, aktivis kemanusiaan, dll. Mereka semua teman diskusi yang sangat berharga.
Saya juga diskusi dengan para akademisi, profesor, termasuk ekonom yang cukup dikenal di publik; Faisal Basri, Bima Yudistira, termasuk Rizal Ramli dan beberapa ekonom lain yang cukup tajam analisisnya.
Saya lihat 'oh iya juga' kalau pandangan mereka sebetulnya ada transaksi yang tidak wajar itu dibenarkan oleh para ekonom itu.
Lalu apa inti dari temuan riset yang dilakukan terkait dua putra presiden itu?
Ada dugaan tindak pidana korupsi, bisa dalam bentuk pola baru gratifikasi, bisa juga dalam bentuk pola baru suap.
Kalau suap itu berarti by design, ada semacam meening di situ, ada pemahaman kesepakatan, persengkokolan itu nanti ada korelasi dengan nepotismenya.