Berita Banyumas
Dinpertan KP Banyumas Akan Menambah Pompa Irigasi Untuk Sawah Tadah Hujan di Kecamatan Banyumas
Menjadi sawah tadah hujan di Kecamatan Banyumas, Desa Kedunguter dan Danaraja bergantung pada pengairan dari Sungai Serayu.
Penulis: Imah Masitoh | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS – Menjadi sawah tadah hujan di Kecamatan Banyumas, Desa Kedunguter dan Danaraja bergantung pada pengairan dari Sungai Serayu.
Sudah ada upaya seperti membuat sumur bor dan embung untuk mendapatkan air namun tidak bisa dikarenakan daerah sawah yang tidak ada sumber airnya.
“Sebenarnya sudah ada irigasi di situ oleh PU tapi tidak ada aliran air yang mengalir. Pernah Mengalir dari daerah selatan ambil dari perbatasan antar desa Sokawera dengan Danaraja.
Airnya tidak sampai ke sebelah Utara di Dedunguter,” jelas Yusuf Hanafi selaku Sub Koordinator Sarana dan Prasarana Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas.
Tahun 2020 Dinas Pertanian KP Kabupaten Banyumas sudah mengupayakan dengan membantu irigasi perpompaan yang terpasang di Desa Kedunguter untuk bisa dimanfaatkan ke dua desa.
“Tadinya mau di pasang dua, saat itu awal Covid-19 ada refocusing anggaran sehingga hanya ada satu. Tadinya kalau ada dua si cukup untuk hamparan itu. Kalaupun tidak cukup setidaknya sudah bisa mengurangi dampak kekeringannya,” ungkap Yusuf Hanafi.
Dengan adanya bantuan pompa untuk mengangkat air dari Sungai Serayu, petani harus menyambungkan pipa ke saluran irigasi agar air dapat mengalir ke sawah-sawah mereka. Dengan pipa ukuran 3 inchi dinilai sudah termasuk besar untuk dapat mengalirkan air.
“Sebenarnya pompa ini kekuatan dorongnya sudah lumayan. Karena keterbatasan anggaran perpipaannya ngga sampai ke ujung saluran yang mereka inginkan ngga cukup duitnya, kita bangun pipanya sampai di sebelahnya Polsek.
Harapannya kelompok, airnya dinaikan dulu pak nanti kami sambung sendiri pakai pipa ke saluran irigasi. Nah karena sekarang mungkin tidak ada pipanya jadi otomatis tidak masuk sampai situ. Jika pipa sampai saluran irigasi pasti sampai ke sawah,” terang Yusuf Hanafi.
Pengairan sawah di desa Kedunguter saat ini lebih efektif bila menggunakan cara ini. Mengingat menggunakan cara lain yang sudah dicoba tidak berhasil dan lebih sulit.
Harga pompa sendiri mencapai 10 sampai 20 juta rupiah, dengan ini pemerintah membantu komponen besarnya sehingga petani diharapkan cukup menambah bagian kecilnya saja yakni pipa untuk mengalirkan air ke saluran irigasi.
Dalam pembiayaan listriknya menggunakan listrik pulsa pra bayar agar sama-sama enak antar petani. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banyumas menyarankan untuk tetap melakukan pemeliharaan pompa dengan cara menyalakan pompa setidaknya satu minggu sekali walaupun itu musim hujan agar saat musim kemarau pompa dapat berfungsi dengan maksimal.
“Pemeliharaan pipa penting dinyalakan seminggu sekali baik 10 atau 30 menit. Kalau sudah lama ngga di pakai berbulan-bulan saat dipakai nanti jadi tidak maksimal,” jelas Yusuf Hanafi saat diwawancara, Jumat (11/3/2022).
Untuk mengatasi masalah ini, upaya kedepannya Dinpertan KP Kabupaten Banyumas akan memasang pipa satu lagi agar bisa mencukupi untuk dua desa tadah hujan ini.
Rencana ini masih dalam proses pengajuan usulan ke Kementrian. Nantinya pompa akan dipasang berjejeran dengan pompa sebelumnya. Hal ini dikarenakan jarak sawah desa Danaraja yang cukup jauh dari Sungai Serayu.
“Upaya kedepannya kami akan pasang satu lagi. Kalau mereka udah sama-sama punya kan tidak iren-irenan lagi. Masih proses mengajukan usulan revisi ke kementrian, biar dipasangnya jejeran kalau lokasinya di Danaraja kan ngga mungkin ngambil air Sungai Serayu jauhnya minta ampun,” ungkap Yusuf Hanafi.
Dinpertan Kabupaten Banyumas akan terus mengevaluasi upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah di dua desa ini guna mendapatkan solusi yang baik lagi kedepannya.
Sementara itu, saat ini petani Kedunguter masih dalam musim panen padi yang sudah akan rampung sekitar 1 minggu ke depan.
Sebagai tambahan informasi, selain di Kecamatan Banyumas ada lagi sawah tadah hujan terluas di daerah seperti Lumbir, Gumelar, Pekuncen, dan Baturraden. Setiap daerah memiliki keluhan yang hampir sama namun cara penanganan yang berbeda-beda setiap daerahnya.
Beberapa cara yang sudah dilakukan pemerintah dalam mengatasi kekeringan di sawah tadah hujan ini dengan cara membuat sumur bor, bendungan, hingga embung.
Seperti di daerah lumbir tahun 2021 membangun 14 titik sumur bor guna memenuhi kebutuhan pengairan sawah.
Setiap cara yang dilakukan memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri-sendiri. Untuk sumur bor sendiri membutuhkan biaya yang besar namun tidak memakan tempat yang luas.
Cara ini menjadi alternatif terakhir bila jauh dari aliran sungai. Dalam pembuatannya juga diperlukan penelitian terlebih dahulu untuk dapat mendeteksi daerah yang terdapat sumber air.
Jika bendungan biaya relatif lebih murah dibandingkan dengan sumur bor. Selain itu perawatannya juga lebih mudah.
Sementara itu jika menggunakan embung sulit dalam mencari sumber air untuk ditampung, dan memerlukan tempat yang luas.
Semua cara itu dilakukan dengan berbagai pertimbangan di setiap daerahnya.
Yusuf Hanafi selaku Sub Koordinator Sarana dan Prasarana Pertanian Dinpertan KP Kabupaten Banyumas menghimbau selain usaha-usaha pemerintah yang sudah dilakukan, diharapkan petani-petani daerah tadah hujan dapat menyesuaikan diri di daerahnya seperti dengan memilih bibit selain dari sisi produktifitasnya tetapi juga dapat bertahan di lahan kurang air. Petani harus mau mengadopsi teknologi-teknologi yang sudah ada dan selalu berinovasi. (ima)
Baca juga: Mendadak, 11 Napi Bandar Narkoba Dipindah ke Lapas Nusakambangan, Awalnya Menghuni di Semarang
Baca juga: Belum Ada Lonjakan Penumpang di Stasiun Cilacap Paska Pemberlakuan Bebas Swab Antigen dan PCR
Baca juga: Asyik, Jam Operasional Wisata Kota Tegal Sudah Normal Lagi, Bahagianya Pedagang Pantai Pulo Kodok
Baca juga: Optimalkan Penggunaan Dana PMN, SMF Dorong Peningkatan Serapan KPR Subsidi