Berita Semarang
Guru di Semarang Ini Meninggal Dunia, BPJamsostek Serahkan Santunan JKM Rp 42 Juta untuk Ahli Waris
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda menyerahkan santunan jaminan kematian (JKM) kepada ahli waris Munjiatun, guru MI Al-Hidayah Semarang
Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: Catur waskito Edy
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - BPJS Ketenagakerjaan Cabang Semarang Pemuda menyerahkan santunan jaminan kematian (JKM) kepada ahli waris Munjiatun, guru MI Al-Hidayah Semarang yang meninggal dunia.
Santunan tersebut yakni sebesar Rp 42 juta yang secara simbolis diserahkan Kepala BPJAMSOSTEK Cabang Semarang Pemuda Multanti didampingi Kepala Kantor Kemenag Kota Semarang Mukhlis Abdillah kepada Nurhayati (60) yang merupakan kakak almarhumah.
Kepala Kantor BPJAMSOSTEK Semarang Pemuda Multanti menyatakan, Munjiatun sebelumnya telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan satu bulan sebelum meninggal dunia.
Menurut Tanti, sapaan akrabnya, meski baru satu bulan terdaftar, santunan tersebut tetap wajib diberikan dengan jumlah sama sebab almarhumah telah tercatat membayar iuran BPJS ketenagakerjaan dengan biaya per bulan Rp 15.300.
"Almarhumah Bu Munjiatun ini terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan bulan November 2021, yang tidak disangka-sangka setelah satu bulan terdaftar beliau meninggal dunia.
Ini sudah menjadi kewajiban BPJAMSOSTEK memberikan santunan, bahwa di lingkungan Kemenag ini ada salah satu guru ada yang meninggal dunia," kata Tanti kepada tribunjateng.com seusai apel pagi sekaligus penyerahan santunan JKM secara simbolis di Kantor Kemenag Kota Semarang, Senin (14/3/2022).
Tanti menambahkan, perlindungan BPJS ketenagakerjaan ini tidak melihat jangka waktu peserta terdaftar. Menurutnya, yang terpenting yakni saat terdaftar peserta masih aktif sehingga hak-haknya masih bisa disalurkan.
Adapun terkait total santunan sebesar Rp 42 juta, dirincikan meliputi uang santunan kematian, santunan kubur, dan santunan berkala selama dua tahun.
"Santunan ini memang untuk jaminan kematian.
Kami imbau juga khususnya di lingkungan Kemenag memang ada yang belum terlindungi, kami dorong melalui sekolahnya dan kepala sekolahnya supaya segera terdaftar semua," ungkapnya.
Data kepesertaan madrasah lingkup kementrian Agama Kota Semarang saat ini terdapat 285 madrasah dengan jumlah guru kurang lebih 2.800 guru.
Adapun total yang telah terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan Kantor Cabang Semarang Pemuda sejumlah 103 Madrasah dengan jumlah 752 guru.
Saat ini, masih terdapat 182 madrasah dengan jumlah kurang lebih 2000 guru yang belum terlindungi Jaminan Sosial Ketenagakerjaan.
Mukhlis menyebutkan, pihaknya akan mendorong para pegawai di lingkungan Kemenag khususnya non ASN agar terlindungi BPJS Ketenagakerjaan sebab memberikan manfaat kepada mereka.
"Kami berupaya agar pegawai non ASN di lingkungan kantor Kemenag bisa mengikuti (menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan) semua sesuai dengan tahapan.
Ini tentu akan segera disosialisasikan, kemudian tentu kita cari jalan keluar agar tidak seluruhnya dibebankan kepada pegawai non ASN.
Kita carikan solusi agar ini bisa dibayarkan dengan anggaran lain yang sah sesuai ketentuan perundang-undangan," kata Mukhlis.
Ahli waris, Nurhayati menyebutkan, Munjiatun (56) sebelumnya mengalami sakit secara mendadak.
Dikatakan, awalnya ia menjalankan rutinitas mengajar seperti biasanya baik secara daring maupun luring.
Namun, di sela-sela mengajar, ia tiba-tiba drop kemudian dibawa ke klinik terdekat.
Ia sempat kembali beraktivitas. Namun, tak disangka, ia kembali drop dan tidak tertolong lagi.
"Saya yang satu rumah dengan adik (almarhumah) juga tidak tahu bagaimana meninggalnya karena awalnya sehat-sehat saja, mengajar seperti biasa.
Cuma waktu itu tidak tahu kenapa tiba-tiba ngedrop, dibawa ke klinik HB-nya turun drastis sampai habis empat kantong darah," ungkapnya.
Dengan santunan tersebut, menurut Nurhayati, nantinya akan digunakan untuk biaya berkala.
"Dengan santunan ini saya mengucapkan terima kasih, ini bisa digunakan untuk biaya 40 harian dan lainnya. Kami tidak menduga bahwa BPJS Ketenagakerjaan akan mempunyai makna yang berarti bagi guru-guru sekarang," ungkap Nurhayati. (idy)
Baca juga: Dulu Hobi Pamer Harta, Trader Ini Kini Disebut Akting Pura-pura Miskin, Lihat Penampilan Terbarunya
Baca juga: 5 Potret Presiden Jokowi Pamer Tenda untuk Ngecamp di Titik Nol IKN
Baca juga: Kata-kata Terakhir Ibu yang Meninggal di Tempat Antrean Minyak Goreng
Baca juga: Munarman Tertawa Cuma Dituntut 8 Tahun Penjara, Sebut Kurang Menantang