Curhat Agen Minyak Goreng Pati Soal Stok Produsen
Curhatan agen soal pasokan minyak goreng curah untuk Kabupaten Pati belum memadai.
Penulis: Mazka Hauzan Naufal | Editor: Daniel Ari Purnomo
TRIBUNJATENG.COM, PATI - Pasokan minyak goreng curah untuk Kabupaten Pati belum memadai.
Kondisi ini berbeda dengan minyak goreng kemasan yang lebih mudah didapatkan setelah harga eceran tertinggi (HET) Rp 14 ribu untuk minyak jenis ini dicabut oleh pemerintah.
Hal tersebut dirasakan Juli Murtadho, agen minyak goreng curah pemilik Toko Kaffah (CV Kaffah Barokah), Jalan Syeh Jangkung nomor 33 Pati.
"Sudah dua hari ini stok habis. Mungkin besok baru datang. Info dari supplier, sekarang sulit, antre lama. Pasokan dari pabrik sedikit dan akhirnya yang bisa didistribusikan oleh supplier sedikit, akhirnya di pasar kadang kosong, kadang ada," kata dia, Jumat (25/3/2022).
Ia sendiri saat ini, jika ada stok, menjual minyak goreng curah sesuai HET terbaru yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kilogram.
Setiap pekan, biasanya ia bisa menjual 18 ton minyak goreng curah. Namun, pekan ini ia baru mendapat pasokan 9 ton dari penyuplai.
Ketika ditanya apakah keadaan ini diakibatkan adanya oknum yang menjadikan minyak goreng curah sebagai minyak goreng kemasan agar bisa dijual dengan harga tinggi, Juli tidak menampik adanya kemungkinan itu.
"Kemungkinan sih bisa terjadi, tapi kalaupun ada mungkin nggak banyak. Karena kenyataannya pasokan dari pabrik yang masih kurang, nunggunya kelamaan," tutur dia.
"Menurut saya, produsen atau pabrik masih sangat terbatas, di situ yang perlu dikendalikan. Kalau supplier ke bawah menurut saya karena terbatasnya, suplai kurang, jadi begitu ada langsung rebutan," tambah Juli.
Ia berharap pasokan minyak curah bisa kembali normal secepatnya. Sebab, pengguna minyak goreng jenis ini biasanya ialah "orang-orang kecil", di antaranya Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
"Menurut saya, terkait hal ini yang perlu diteropong ialah distribusi produk dari pabrik atau produsen menuju supplier. Mestinya kalau di tempat yang kurang stoknya, dibanjiri minyak curah dulu, begitu orang merasa terpenuhi, baru distabilkan. Jangan 'diencrit-encrit' begini. Perubahan tidak banyak terjadi," ungkap dia.
Ia menambahkan, suplai yang kurang menjadikan masyarakat berebut.
"Dari kita ada standar harga (HET), tapi karena pembeli rebutan, orang bisa jual dengan harga lebih tinggi lagi. Beli-habis-rebutan lagi. Dulu mau beli kapan saja bisa, karena selalu tersedia. Persaingan pasar ialah harga mana yang murah. Kalau sekarang, mana yang ada digeruduk. Begitu habis, tunggu lagi, karena kekurangan," tandas dia.
Kurangnya suplai minyak goreng curah diamini oleh Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Pati, Hadi Santosa.
"Pantauan kami, stok dari distributor belum lancar. Sehingga minyak goreng curah (di pasaran) belum lancar," kata dia. (mzk)