Berita Semarang
Masjid Taqwa Sekayu Semarang, Disebut Tertua, Lebih Tua dari Masjid Agung Demak
Meski nampak seperti Masjid kebanyakan, tapi Masjid Taqwa Sekayu menyimpan kisah panjang penyebaran agama Islam di tahan Jawa.
Penulis: budi susanto | Editor: m nur huda
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Sebuah Masjid di Jalan Sekayu RT 05 RW 01, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah, nampak seperti Masjid pada umumnya.
Gema suara orang mangaji, dan suara adzan, serta aktivitas peribadatan kala bulan Ramadan juga mengisi Masjid tersebut.
Letak Masjid tersebut dikepung pemukiman penduduk. Maklum saja, wilayah Sekayu terletak di tengah Kota Semarang.
Dari depan tempat ibadah itu, terpampang tulisan berukuran besar Masjid Taqwa Sekayu.
Meski nampak seperti Masjid kebanyakan, tapi Masjid Taqwa Sekayu menyimpan kisah panjang penyebaran agama Islam di tahan Jawa.
Bahkan Masjid Taqwa Sekayu diklaim menjadi Masjid tertua di Jawa Tengah, dan berdiri sejak 1413 silam.
Jika dilihat dari perjalanan penyebaran agama Islam, Masjid tersebut masuk kategori Masjid tua, bersejarah, dan Masjid kuno.
Meski sudah mengalami beberapa kali renovasi, namun sejumlah pernik di Masjid tersebut masih asli sejak awal didirikan.
Pintu dari kayu jati, hingga beberapa kayu penyangga yang ada di dalam Masjid Taqwa Sekayu, merupakan bukti Masjid tersebut didirikan pada 1413.
Bahkan jika dirunut dari beberapa literasi sejarah penyebaran Islam di tanah Jawa, Masjid Taqwa Sekayu lebih tua dari Masjid Agung Demak.
Pasalnya, Masjid Agung Demak berdiri pada 1420, dan Masjid Taqwa Sekayu pada 1413, alhasil pembangunannya terpaut 7 tahun.
Menurut, Achmad Arief (74), Tamir Masjid Taqwa Sekayu, klaim tersebut benar adanya, dan pernah menjadi perbincangan oleh sejumlah pakar.
"Masjid ini dulunya bernama Masjid Pekayuan, karena wilayah Sekayu digunakan untuk menampung kayu jati dari beberapa daerah," jelasnya, Sabtu (9/4/2022).
Dilanjutkannya, kayu jati yang dikumpulkan di Sekayu tersebut, akan digunakan untuk membangun Masjid Agung Demak oleh Sunan Kalijaga dan Sunan Gunung Jati.
"Karena membutuhkan tempat istirahat, dan ibadah dalam proses pengumpulan kayu jati, dibangunlah gubuk kecil yang kemudian berkembang menjadi Masjid Pekayuan," jelasnya.