Puasa Ramadhan 2022
Tradisi Ngangklang Pemuda Ngareanak Kendal Jelang Sahur, Keliling Bunyikan Musik Bangunkan Warga
Tak hanya musik, di saat melewati jalur yang agak padat rumah warga, satu dua orang juga akan meneriakkan “Sahur, sahur, wayahe ayo padha sahur…”
TRIBUNJATENG.COM, KENDAL - JAM dinding di Musala Al Hikmah, Dusun Ngareanak, Desa Ngareanak, Kecamatan Singorojo, Kabupaten Kendal sudah menunjukan pukul 02.00, pada Selasa (12/4/2022).
Satu per satu pemuda terlihat mulai mendatangi halaman musala tersebut.
Tempat tersebut selalu menjadi jujukan berkumpul sebelum mereka memulai untuk berkeliling.
Baca juga: 72.873 Warga Kendal Mendapatkan BLT Migor dan Bantuan Pangan Tunai
Baca juga: Farid Ingin Bisa Berjalan Normal Seperti Teman-temannya, Bocah Brangsong Kendal Ini Perlu Bantuan
Baca juga: Ganjar Pranowo Minta Evaluasi Distribusi Minyak Goreng di Kendal
Baca juga: Tanggul Laut 1 Km di Kendal Mulai Dikerjakan, Ditarget Selesai Agustus 2022
Tak lantas sekadar tangan kosong, alat musik yang mereka miliki pun dibawa sebagai media pendukung di saat berkeliling kampung.
Mulai dari alat musik seperti tamborin, bolero, marawis, kecrek, kentongan, hingga hasil modifikasi jerigen dan galon air isi ulang yang ditumpuk kemudian diikat menggunakan potongan ban bekas.
Setelah semua siap, lantunan musik Jaran Goyang ciptaan Andi Bendol mulai diperdengarkan oleh delapan pemuda ini.
Suasana yang semula hening, terdengar sesekali suara ciutan burung dan jangkrik, terkalahkan dengan bunyian alat musik yang mereka tabuh.
Tak hanya musik, di saat melewati jalur yang agak padat rumah warga, satu dua orang juga akan meneriakkan “Sahur, sahur, wayahe ayo padha sahur…”
Ya, ini adalah tradisi yang tak pernah absen bagi para pemuda di kampung tersebut setiap Ramadhan, menjelang waktu santap sahur.
Kegiatan yang sudah turun temurun itu mereka menyebutnya ngangklang.
Dimana bagi yang tinggal di perkotaan, akan terdengar asing dan mungkin pula bakal dianggap mengganggu.
Ini adalah cara berkeliling membangunkan warga untuk sahur menggunakan alat musik, selain menggunakan pengeras suara yang ada di musala ataupun masjid.
Tak jarang pula, di tengah perjalanan mereka akan berpapasan dan saling bertegur sapa dengan grup kampung sebelah yang juga melakukan hal serupa.
Sesekali para pemuda ini yakni Taufik, Didik, Wawan, Bagas, Rohman, Uul, Mugiyanto, dan Yapo pun bergantian peran dalam penggunaan alat musik.
Entah sudah berapa banyak lagu yang mereka bunyikan dalam perjalanan sepanjang total sekira 2 kilometer tersebut.
Dari tempat mereka mengawali perjalanan, di situ pula mereka mengakhiri.

Sesampainya di sana, satu di antaranya masuk musala, menggunakan speaker menginformasikan waktu saat itu juga dan kembali mengajak warga untuk segera sahur.
Sebelum bubar kembali ke rumah masing-masing, sekira pukul 03.30, satu lagu Caping Gunung ciptaan Gesang Martohartono mereka persembahkan.
"Ini sudah menjadi tradisi kami, secara spontanitas saja setiap bulan puasa menjelang warga santap sahur," kata Taufik kepada Tribunjateng.com, Selasa (12/4/2022).
Dia menerangkan, untuk 'ngangklang' ini tidak ada ketentuan harus berapa orang yang mengikutinya.
Semakin banyak yang ikut serta, akan semakin bervariasi alat yang ditabuh, dan tentunya akan bertambah gayeng.
"Apapun alat yang dimiliki di rumah, kami bawa sebagai media tetabuhan, kami hanya tinggal menyelaraskannya agar enak didengar," ucapnya.
Didik berharap, berkeliling memainkan musik membangunkan orang sahur ini bisa terus ada dari tahun ke tahun setiap Ramadhan.
"Ini adalah tradisi, kearifan lokal, yang pantas dipertahankan," ucapnya.

Bahkan, dia sendiri pun tak mengetahui asal muasal atau kapan munculnya tradisi ngangklang di kampungnya tersebut.
"Saat saya masih kecil saja, tradisi ini sudah ada."
"Suasana Ramadhan menjadi lebih hidup dan berwarna, tak hening sunyi," ucap pegiat di Shafira Nada Kendal ini kepada Tribunjateng.com, Selasa (12/4/2022).
Secara tidak langsung pula, lanjutnya, kegiatan tersebut bisa dijadikan alternatif sebagai alarm membangunkan mereka segera bangun dan memulai sahur,
"Daripada nongkrong, main game atau Youtube-an menunggu waktu sahur kalau tidak bisa tidur, mending ikut ngangklang, lebih bermanfaat dan mengasyikkan," kata Bagas. (*)
Baca juga: Kapolres Batang Pimpin Sertijab, Berikut Nama dan Jabatan Pejabat Baru Dilantik
Baca juga: Keluar dari Persebaya Samsul Arif Disebut Gagal Bergabung dengan Arema FC, Persis Solo Geral Cepat
Baca juga: Respons Kepala Kampung di Lampung saat Viral Warganya Disebut Pelaku Pengeroyokan Ade Armando
Baca juga: PT KAI Daop 4 Semarang Buka Layanan Vaksinasi di 6 Stasiun