Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

IT Telkom

RA Kartini 4.0: Transformasi Perempuan Pada Era Revolusi Industri

Raden Ajeng Kartini dikenal sebagai pahlawan perempuan Indonesia, lahir di Desa Pelemkerep, Kecamatan Mayong, Kabupaten Jepara, tanggal 21 April 1879.

Editor: rival al manaf
istimewa
Ilustrasi RA Kartini 

Tujuan utama dunia perusahaan dan industri masih pada pemberdayaan korporasi namun dengan melakukan hal yang benar, atau disebut efektivitas.

Mulailah pada era ini, perusahaan beralih dari manajemen menjadi kepemimpinan.

Menurut teori Peter Drucker perusahaan atau industri tugasnya menetapkan prioritas organisasi dan mengalokasikan sumber daya manusia dan fiskal untuk memenuhi visi organisasi.

Pada era ini, Kartini pun ikut menjadi kartini 3.0, namun nasibnya tetap sama, masih saja tertinggal dalam hal pendidikan dan karir.

Walaupun pada masa ini sudah banyak yang menyuarakan kesetaraan ras, namun belum banyak suara-suara tentang kesetaraan gender, karena memang perempuan masa ini masih belum fokus pada pendidikan apalagi karir.

Fokus kartini 3.0 mungkin masih dominan urusan kasur dan dapur, sumur, rumah serta keluarga.

Pada akhir abad 20, tepatnya pada tahun 1998 yang ditandai dengan kehadiran Google dan seiring maraknya penggunaan internet pada abad 21, dunia mulai lebih terbuka bagi kaum perempuan untuk menggapai imapian-impiannya.

Pada abad 21 inilah dunia mulai memasuki era revolusi industri 4.0 atau disebut zaman digital dengan kehadiran internet.

Revolusi industri 4.0 ini dimulai sekitar tahun 2005 dan mulai ramai dibicarakan masyarakat sejak tahun 2017 hingga sekarang.

Nasib kartini dan kaum perempuan pada era ini semakin cerah, yaitu adanya  pengetahuan dan keterampilan melek digital bagi kaum perempuan.

Mereka sekarang lebih terbuka pola pikirannya dan lebih luas wawasannya tentang pentingnya pendidikan serta mencapai karir seperti halnya kaum pria.

Kesetaraan gender juga sangat diperjuangkan di era revolusi industri 4.0 ini.

Presiden kita pernah menyatakan bahwa Indonesia berkomimen untuk meningkatkan keterwakilan perempuan hingga 30% di parlemen dan berbagai pembuat kebijakan.

Sementara itu, Menteri BUMN juga mentargetkan 15% keterwakilan perempuan di BUMN pada tahun 2021 dan menjadi 20% pada tahun 2023.

Meskipun persentasi ini masih belum seperti di negara maju, namun komitmen ini sudah menunjukkan kepedulian dan keyakinan akan kemampuan dan keterampilan kartini-kartini Indonesia.

Sumber: Tribun Jateng
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved