Berita Semarang
Cegah dan Kendalikan Hipertensi untuk Kualitas Hidup Lebih Baik Ala Dokter Pipin Ardhianto
Dokter Pipin Ardhianto membagikan rahasia mencegah dan mengendalikan hipertensi.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Dokter Pipin Ardhianto, Sp.JP(K), FIHA, selaku dokter spesialis jantung dan pembuluh darah Rumah Sakit Nasional Diponegoro (RSND) Universitas Diponegoro (Undip) membagikan rahasia mencegah dan mengendalikan hipertensi untuk kualitas hidup lebih baik.
Ia menyampaikan, darah mengalir di dalam pembuluh darah terutama arteri membutuhkan tekanan tertentu untuk menjamin aliran darah terus menerus terjadi.
"Tekanan darah ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya; kekuatan kontraksi jantung, frekuensi denyut jantung, tahanan di dinding pembuluh darah, hingga kekentalan darah," ujarnya berdasarkan rilis yang diterima Tribun Jateng pada Minggu (5/6/2022).
Ia menambahkan, tekanan darah menentukan tinggi rendahnya tahanan dinding pembuluh darah bertujuan supaya darah tetap mengalir dari pusat pompa darah (jantung) ke seluruh pembuluh arteri tubuh.
Tekanan darah ditulis sebagai dua angka. Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah saat jantung berkontraksi atau berdenyut.
Angka kedua (diastolik) mewakili tekanan di pembuluh darah saat jantung beristirahat di antara detak.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah melebihi angka 140/90 mmHg.
"Hipertensi kronik dan tidak terkontrol meningkatkan risiko gangguan fungsi organ vital tubuh terutama fungsi otak, mata, ginjal, dan jantung," kata Pipin.
Penyakit tekanan darah tinggi menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat di Indonesia.
Riset kesehatan dasar menunjukkan hipertensi merupakan faktor risiko penyakit stroke dan jantung paling banyak.
Pasien dengan hipertensi tidak akan bergejala sampai adanya gangguan fungsi salah satu organ di dalam tubuh.
Hal ini mengakibatkan jutaan orang tidak menyadari sudah terkena hipertensi.
Kebanyakan pasien mengetahui memiliki hipertensi pada saat stroke, gangguan penglihatan, gangguan fungsi ginjal, dan gangguan fungsi jantung terjadi.
Dilihat dari sisi pencegahan suatu penyakit maka sebenarnya sudah ‘terlambat’.
Hipertensi dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang dikelompokkan menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.
"Faktor risiko yang tidak dapat diubah diantaranya adalah jenis kelamin, umur, dan faktor keturunan," ungkapnya.
Sedangkan faktor risiko yang dapat diubah diantaranya adalah merokok, obesitas, tidak beraktivitas fisik rutin, konsumsi natrium berlebih, konsumsi kalium rendah, dan alkohol.