Unsoed Purwokerto
FEB Unsoed Adakan Pelatihan Perbankan Syariah Untuk Mahasiswa.
Peserta berharap agar acara tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi dapat berlanjut dengan pelatihan yang mengangkat fokus serupa pada level lanjut
TRIBUNJATENG.COM - Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) (www.unsoed.ac.id) Purwokerto menyelenggarakan Training Perbankan Syariah, Sabtu (04/6) lalu.
Kegiatan ini merupakan kerjasama Bank Syariah Indonesia (BSI), Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Komisariat Unsoed, Laboratorium Ekonomi Syariah dan Produk Halal serta Laboratorium Perbankan. Penyelenggaraan kegiatan ini untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah di kalangan mahasiswa.
Sebanyak 108 mahasiswa mengikuti kegiatan yang berlangsung dari pukul 08.00 – 13.30 WIB di Gedung G Program Internasional FEB Unsoed. Kegiatan berlangsung secara luring dengan protokol kesehatan yang ketat.
Ketua IAEI Komisariat Unsoed, Yudha Aryo Sudibyo, S.E., M.Sc., Ak, Ph.D., C.A. membuka kegiatan secara langsung.
Yudha berharap agar training ini dapat menjadi modal untuk mahasiswa dalam memahami proses bisnis perbankan syariah.

Pelatihan terdiri dari tiga materi utama yang diisi langsung oleh nara sumber dari Bank Syariah Indonesia KC Purwokerto.
Materi pertama mengenai Konsep Perbankan Syariah yang dibawakan oleh Wahyu Kotabumi Adhi Mail (Branch Manager KC Purwokerto Sudirman 2). Materi kedua adalah Digital Banking yang disampaikan oleh Nurindah Dewi Yanriani (Funding BSI Purwokerto Sudirman 2).
Materi ketiga tentang Perencanaan Keuangan untuk Millenial oleh Evi Muftiviani Hariastuti (Funding & Transaction Relationship Manager Area Purwokerto).
Narasumber pertama, Wahyu Kotabumi Adhi Mail menyampaikan bahwa nilai-nilai dan konsep pada perbankan syariah tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam saja melainkan untuk semua orang.
Selain itu, menilik sejarah perkembangan perbankan Syariah yang terjadi 30 tahun terakhir, ternyata telah membuktikan bahwa ketahanan perbankan Syariah telah teruji. Hal ini terlihat ketika Bank Syariah pertama di Indonesia dapat bertahan ketika krisis moneter melanda beberapa dekade yang lalu.
Sementara itu Nurindah Dewi membahas sejarah dan proses transformasi perbankan hingga lahirnya BSI pada saat ini.
Perbankan pada awalnya hanya berfokus sebagai media masyarakat dalam menyimpan dan menarik uang dari bank, tetapi pada saat ini bank tidak hanya melakukan aktivitas itu saja melainkan lebih luas lagi seperti pengajuan bantuan untuk UMKM, media pembayaran beragam kebutuhan masyarakat, transaksi yang dapat dilakukan di mana saja, membuka akun secara online, dan lainnya.
Hal tersebut telah dilakukan BSI sebagai ajang untuk memenuhi kebutuhan dari para nasabahnya.
Pemateri terakhir, Evi Muftiviani memberikan tips khususnya bagi para milenial dalam manajemen keuangan mereka.
Ia menyampaikan bahwa masalah yang menghantui para millennial adalah You Only Live Once (YOLO) dan Fear of Missing Out (FOMO). Ia berpesan bahwa milenial harus mampu mengatasi permasalahan tersebut agar dapat menjaga kondisi keuangannya.
Pelatihan ditutup dengan sesi tanya jawab yang diikuti oleh peserta dengan sangat antusias. Mereka menanyakan beberapa hal terkait perbankan syariah dan mekanisme produk yang ditawarkan oleh BSI.
Peserta berharap agar acara tidak berhenti sampai di sini saja, tetapi dapat berlanjut dengan pelatihan yang mengangkat fokus serupa pada level lanjutan. (*)