Berita Semarang
Dies Natalis ke-57 Unnes, Berikan Anugerah Konservasi pada Nadiem Makarim dan Ebiet G Ade
Peringatan Dies Natalis ke 57 Universitas Negeri Semarang (Unnes) semakin bermakna.
Penulis: amanda rizqyana | Editor: sujarwo
Dalam kesempatan yang sama, Mendikbud Ristek, Nadiem, MBA., mengajak civitas akademika Unnes untuk mewujudkan transformasi pendidikan tinggi dengan melaksanakan program MBKM.
Nadiem menjelaskan program MBKM yang mampu memberikan mahasiswa menjadi lulusan yang kreatif serta tangguh dalam menghadapi tantangan yakni magang bersertifikat, studi independen berserikat, pertukaran mahasiswa dalam dan negeri serta kampus mengajar, wirausaha merdeka, dan praktisi mengajar.
Program baru ini akan memberikan mahasiswa menjadi lulusan yang kreatif serta tangguh dalam menghadapi tantangan ciri merupakan profil pelajar Pancasila cerdas dan berkarakter
“Saya yakin akan menjadikan Unnes kampus cerdas dan menghasilkan lulusan yang mencerdaskan kehidupan bangsa menuju Indonesia emas,” ujarnya yang hadir secara dalam jaringan (daring).
Dalam kegiatan ini, Ebiet G Ade, penerima anugerah Konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama juga memberikan sambutannya.
Ebiet merasa pemberian anugerah Konservasi Upakarti Adhi Bhujangga Utama memiliki nilai lebih.
“Unnes memberikan penghargaan yang tentunya akan saya tempatkan sebagai penghargaan yang sangat membanggakan saya dan keluarga. Terimakasih kepada semuanya yang telah memberikan ruang untuk berkarya. Selamat Dies Natalis ke 57 saya berharap UNNES melahirkan generasi yang istimewa,” kesannya.
Seusai pelaksanaan upacara Dies Natalis, sejumlah mahasiswa dari Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) Unnes melakukan orasi pembuka di depan Gedung Rektorat Unnes.
Dipimpin oleh Presiden BEM KM Unnes, Abdul Kholiq, mahasiswa Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial (FIS) angkatan 2018 ia menyatakan bahwa Perayaan Dies Natalis merupakan penghinaan karena tidak melibatkan mahasiswa dalam kegiatan tersebut.
"Dies Natalis tidak melibatkan mahasiswa dan mahasiswa hanya menyimak secara daring melalui kanal tayang di sosial media," ujarnya.
Ia pun mengkritisi momen Dies Natalis sebagai evaluasi masa kerja 2 periode atau 8 tahun Rektor Unnes, Prof. Fathur.
Ia mengakui nama Unnes naik dalam beberapa tahun terakhir, namun bukan nama yang baik, melainkan nama yang buruk karena kasus plagiasi yang dilakukan oleh rektor.
Selain itu, adanya adanya represifitas atau perampasan kebebasan akademik dialami oleh Julio Belnanda Harianja dan Frans Josua Napitu.
Represifitas yang dialami ialah penyulitan penyelesaian studi dan skripsi, serta pembatasan aktivitas terhadap mahasiswa kritis yang direpresi secara tidak langsung atau smooth.
"Ke depannya, ancaman represifitas akan semakin besar, terlebih di masa transisi dari Badan Layanan Umum (BLU) ke Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH)," tambah Abdul.
