Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Jateng

Potensi Tsunami Besar di Pantai Cilacap, Mana Saja yang Terdampak? Ini Kata Pakar Geologi Unsoed

Soal Potensi Tsunami Besar di Pantai Cilacap, Ini Pandangan Pakar Geologi Unsoed

Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: muslimah
Istimewa
Ahli Geologi yang juga pakar kegempaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST, MT, IPM, kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (29/7/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO - Ancaman bencana tsunami besar di selatan Jawa itu memang ada.

Informasi tentang potensi besar Tsunami sudah sering diberitakan dan perlu menjadi perhatian banyak pihak. 

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika ( BMKG) Pusat, Dwikorita Karnawati menyatakan potensi bencana tsunami besar lebih dari 10 meter berpotensi terjadi di wilayah Cilacap

Soal Potensi Tsunami Besar di Pantai Cilacap, Ini Pandangan Pakar Geologi Unsoed

Baca juga: Profesi Wanita Idaman Lain Kopda Muslimin, Menolak Saat Diajak Melarikan Diri Pasca Penembakan

Ahli Geologi yang juga pakar kegempaan Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto Dr.Ir.Asmoro Widagdo, ST, MT, IPM, mengatakan pantai selatan merupakan pertemuan lempeng Eurasia-Samudera Hindia masuk ke dalam zona megathrust. 

"Hal itu menyebabkan banyak patahan-patahan dan salah satunya ada patahan naik yang dinamakan megathrust. 

Saat ini megathrust belum banyak pergerakan, sesar naik yang besar sekali diduga baru istirahat dan mengumpulkan energi dan ditekan terus. 

Suatu saat bisa bergerak sesar naiknya dan bisa menghasilkan tsunami besar," terangnya kepada Tribunbanyumas.com, Jumat (29/7/2022). 

Alasan Cilacap merupakan titik yang berpotensi mengalami gempa dan tsunami besar karena memang belum pernah dalam sejarah terjadi gempa besar di Cilacap

Namun mengenai waktu kapan terjadinya gempa megathrust yang berimbas pada ancaman tsunami tidak dapat diprediksi secara pasti. 

Bahkan, BMKG juga tidak mengetahui kapan terjadinya gempa megathrust.

"Saat ini hanya sekedar prediksi soal waktunya kapan belum bisa dipastikan, tapi bisa dikategorikan zona rawan gempa dan tsunami," katanya. 

Asmoro Widagdo mengatakan dampak di sepanjang pantai pastinya sering merasakan ada tsunami sedang. 

Contohnya adalah yang pernah terjadi di pangandaran yang cukup merusak. 

"Gempa di Aceh yang tsunami tidak sampai 20 meter dapat merusak hingga arah 7 kilometer ke daratan. 

Kalau di Cilacap dampaknya bisa sampai selatan Banyumas, yaitu bisa sampai ke daerah Buntu, mungkin daerah yang terdampak 10 kilometer, tapi kita tidak mengharapkan itu terjadi," ungkapnya. 

Pihaknya mengatakan daerah Cilacap yang datar hingga ke arah pantai menuju ke pemukiman menjadi potensi kerusakan yang nyata. 

"Kroya sampai Buntu bisa terdampak, terutama adalah Banyumas selatan yang terdampak. 

Kalau kota Banyumas dan Purwokerto saya kira tidak karena ada perbukitan," jelasnya. 

Terkait seringnya ada gempa-gempa kecil di Cilacap justru lebih baik ketimbang sama sekali tidak pernah terjadi gempa. 

"Kalau sering gempa kecil di Cilacap justru baik karena energi yang tersimpan tidak terlalu besar. 

Kalau tidak pernah terjadi gempa justru bahaya. 

Seperti orang memendam perasaan, kalau tipenya diam justru bahaya. 

Kalau setiap gerakan dilepaskan justru bagus, jadi gempa besar tidak terjadi. Kalau lama tidak ada gerakan justru bahaya," terangnya. 

Ia menegaskan semua daerah di sepanjang pantai selatan jawa punya potensi terdampak tsunami besar. 

Adapun langkah yang harus dilakukan mestinya adalah waspada dan respon positif bagaimana semestinya bertindak. 

"Misalnya anak anak SD yang kecil dididik bagaimana kalau ada gempa tidak perlu panik. 

Contoh lain masyarakat di Indonesia Timur sudah menciptakan teknologi yang cukup diandalkan jadi rumah panggung dan itu dari tanah tingginya 2 sampai 2.5 meter," jelasnya. 

Dalam hal teknologi juga mesti ditingkatkan lagi terutama keberadaan Early Warning System (EWS) yang mesti dipasang di beberapa pantai. 

"Memang banyak kejadian ada yang hilang karena pencuri diambil baterainya mungkin oleh nelayan. 

Bahkan ada juga yang ditemukan mengapung hingga ke Samudra Pasifik hingga Filipina dan lainnya sehingga kesadaran perlu ditanamkan.

Padahal harganya itu Milyaran," tambahnya. 

Pihaknya mengatakan bahwa EWS idealnya ada di setiap pantai utamanya adalah pantai yang dijadikan objek wisata. (jti) 

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved