Bisnis
Membandingkan Perusahaan Minyak Indonesia Pertamina dan Malaysia Petronas, Laba Beda Jauh
Perbandingan perusahaan minyak milik Indonesia Pertamina dan milik Malaysia Petronas selalu menarik untuk disimak.
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA - Perbandingan perusahaan minyak milik Indonesia Pertamina dan milik Malaysia Petronas selalu menarik untuk disimak.
Selain sejarah kedua negara yang memang sering diperbandingkan, ternyata Pertamina dan Petronas juga memiliki sejarah yang menarik.
Banyak orang kerapkali membandingkan kinerja Pertamina dengan Petronas, perusahaan minyak milik pemerintah Negeri Jiran Malaysia.
Meski harus diakui, skala maupun jangkauan bisnis Petronas jauh melampaui Pertamina yang sejatinya lebih dulu berdiri alias lebih tua.
Baca juga: Tiga Bulan Ditinggal Mati Istri, Slamet Jadikan Anak Gadis Tetangga Tempat Pelampiasan Nafsu
Baca juga: Bareng Radio Komunitas, Ganjar Ngopi di Lereng Merapi
Baca juga: Awal Mula Perseteruan Pesulap Merah vs Gus Samsuddin, Saling Sindir di Medsos hingga Labrak
Sebagai informasi saja, Petronas berdiri pada tahun 1974.
Sementara Pertamina yang awalnya bernama PT Perusahaan Minyak Nasional berdiri pada tahun 1957 dengan mewarisi sumur-sumur minyak peninggalan Belanda.
Saat booming minyak bumi terjadi, Petronas justru secara perlahan terus bertumbuh menjadi perusahaan minyak multinasional yang selanjutnya menganggkangi Pertamina di belakangnya.
Padahal saat Orde Baru, Indonesia diberkahi dengan banyaknya sumur minyak produktif.
Di mana pada periode 1980-an, produksi minyak Indonesia sempat mencapai 1,6 juta barel per hari, di saat bersamaan konsumsi minyak nasional masih rendah.
Bandingkan dengan produksi minyak Indonesia saat ini yang berada di kisaran naik turun 500-700 ribu barel per hari.
Karena tak cukup memenuhi kebutuhan minyak nasional yang selalu di atas 1 juta barel per hari, Indonesia pun kini menjadi net importer minyak bumi.
Laba Pertamina
PT Pertamina (Persero) membukukan laba bersih atau net profit mencapai 2,05 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 29,69 triliun pada tahun anggaran 2021.
Torehan laba bersih perusahaan pelat merah itu naik sebesar 95 persen dari capaian pada 2020 di posisi 1,05 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 15,2 triliun.
Pembukuan laba bersih itu sudah disepakati oleh pemegang saham lewat Rapat umum Pemegang Saham (RUPS) Tahun Buku 2021 yang berlangsung pada Juni 2022 lalu.