Guru Berkarya
Pelajaran dari Patok Lele
Dewasa ini kemajuan teknologi berkembang dengan pesat dalam segala aspek kehidupan.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Rakiyanto, S.Pd., Guru PJOK SDN 4 Bandungsari Kec. Ngaringan Kabupaten Grobogan
Dewasa ini kemajuan teknologi berkembang dengan pesat dalam segala aspek kehidupan.
Hal tersebut yang memicu anak-anak generasi Alpha (sebutan untuk anak generasi yang lahir di tahun 2010 hingga 2025).
Generasi Alpha saat ini cenderung lebih asyik bermain game yang ada di gawai secara online.
Permainan game online tersebut dapat dimainkan baik secara individu ataupun kelompok atau istilahnya mabar (main bareng).
Sehingga pengetahuan tentang permainan tradisional sangat minim.
Permainan tradisional merupakan permainan yang tumbuh dan berkembang dari kebiasaan masyarakat di suatu daerah tertentu.
Permainan tradisional ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran pendidikan jasmani.
Salah satu permainan tradisional yang dilakukan oleh guru pendidikan jasmani di SD Negeri 4 Bandungsari adalah patok lele.
Patok lele merupakan permainan tradisional yang berasal dari Sumatera.
Sedangkan di Jawa Barat permainan ini disebut gatrik. Jawa Tengah dan Yogyakarta menyebut permainan ini benthing.
Tak tek sebutan patok lele di Bangka Belitung. Sedangkan Nusa Tenggara Timur menyebutnya kayu doi. Permainan patok lele ini terbilang sederhana.
Hanya membutuhkan dua buah kayu berukuran masing-masing kurang lebih 10 cm sebagai kayu “anak” dan berukuran 30 cm sebagai kayu “induk”. Permainan patok lele juga membutuhkan sebuah lubang untuk memasang tongkat yang akan dilempar agar dapat diungkit dengan tongkat lainnya.
Permainan patok lele ini dilakukan dengan cara berkelompok.
Kelompok permainan dibagi menjadi dua tim. Masing-masing kelompok terdiri atas beberapa pemain.