Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Guru Berkarya

Pelajaran dari Patok Lele

Dewasa ini kemajuan teknologi berkembang dengan pesat dalam segala aspek kehidupan.

Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
IST
Rakiyanto, S.Pd., Guru PJOK SDN 4 Bandungsari Kec. Ngaringan Kabupaten Grobogan 

Tim pertama bertindak sebagai pemukul kayu dan tim kedua berperan sebagai kubu penjaga atau penangkap kayu “anak”.

Selanjutnya, tim pemukul kayu akan menentukan urutan pemain yang akan melakukan permainan.

Pemain pertama yang mendapat giliran akan meletakkan secara melintang potongan kayu “anak” di atas susunan kayu, lantas dicungkil dari bawah menggunakan potongan kayu “induk”.

Cungkilan dilakukan ke atas atau ke arah tim yang bertindak sebagai kubu penjaga dan telah bersiap-siap untuk menangkap kayu “anak” yang dilemparkan.

Apabila tim penjaga tidak mampu menangkap lemparan potongan kayu “kayu anak”.

Maka tim penjaga melemparkan kembali potongan “kayu anak”  ke arah kayu “induk” yang telah diletakkan melintang diatas lubang oleh tim pelempar.

Jarak melempar berdasarkan tempat kayu “anak” jatuh. Jika lemparan dari tim penjaga berhasil mengenai potongan kayu “induk”, maka tim pelempar dinyatakan kalah dan harus bertukar posisi dengan tim penjaga untuk bertindak sebagai tim penjaga.

Di sisi lain, apabila lemparan tim penjaga tidak berhasil mengenai potongan kayu “induk” maka tim pelempar yang memperoleh poin.

Poin dihitung berdasarkan jarak potongan kayu “anak” terjatuh dan diukur berdasarkan panjang kayu “induk”.

Setiap jarak kayu “induk” yang ditempuh, dapat digantikan dengan satu poin (atau sesuai kesepakatan) bagi tim pelempar.

Bermain patok lele tidak hanya untuk melestarikan permainan tradisional saja. Banyak pelajaran yang dapat di ambil dari permainan ini, yakni bisa meningkatkan kerjasama antar tim dan melatih kejujuran.

Satu tim diharapkan dapat mengatur strategi agar dapat melatih insting dan ketepatan dalam bertindak.

Sehingga dapat merebut poin kemenangan. Kejujuran dalam permainan ini juga sangat dibutuhkan.

Masing-masing tim harus memiliki jiwa ksatria dalam menerima kekalahan tim mereka dan mengakui kemenangan tim lawan.

Berapapun poin yang didapatkan.

Guru wajib memberikan apresiasi kepada kedua tim. Apresiasi tidak harus berupa uang atau barang. 

Tepuk tangan yang riuh dapat dijadikan apresiasi sebagai pemicu semangat untuk mengikuti kegiatan pendidikan jasmani selanjutnya.(*) 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved