Guru Berkarya
Menghidupkan Pembelajaran PAIBP dengan Metode Bermain Peran
Metode bermain peran pada saat ini merupakan alternatif yang bisa diterapkan pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Oleh: Elyas, S.Pd.I., SD Negeri 02 Banjarsari, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan
Metode bermain peran pada saat ini merupakan alternatif yang bisa diterapkan pada kegiatan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.
Pemilihan bermain peran dalam pembelajaran materi perilaku terpuji oleh guru diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi yang disampaikan guru.
Selain itu juga dapat menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar pada masa pandemi. Kegiatan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas III SD Negeri 02 Banjarsari Kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan pada materi perilaku terpuji KD 3.5 Memahami perilaku peduli, dapat dilakukan guru dengan menggunakan metode bermain peran.
Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar, seperti kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu kejadian.
Melalui bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar manusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan strategi pemecahan masalah.
Adapun definisi bermain peran menurut Mulyono (2012), role playing atau bermain peran adalah metode pembelajaran yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa sejarah, peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin muncul pada masa mendatang. Penekanan pembelajaran bermain peran terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi masalah yang secara nyata dihadapi.
Murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.
Keunggulan penerapan bermain peran yaitu: pada waktu dilaksanakannya bermain peran, siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan dan pendapat tanpa kekhawatiran mendapat sanksi.
Hal ini senada dengan pendapat Hamalik (2001:214) berjudul Proses Belajar Mengajar mengatakan bermain peran memungkinkan para siswa mengidentifikasi situasi-situasi dunia nyata dan ide-ide orang lain.
Identifikasi tersebut mungkin cara untuk mengubah perilaku dan sikap sebagaimana siswa menerima karakter orang lain.
Dengan cara ini, siswa dilengkapi dengan cara aman dan control untuk meneliti dan mempertunjukkan masalah-masalah di antara kelompok atau individu-individu.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan guru, pertama: menetapkan topik atau masalah serta tujuan yang hendak dicapai. Hal ini topik atau masalah adalah sikap peduli dan sikap tidak peduli.
Selanjutnya guru memberikan garis besar skenario yang akan ditampilkan. Guru menetapkan pemeran masing-masing serta durasi waktu pementasan.
Siswa diberi kesempatan bertanya jika ada yang kurang dipahami.