Berita Purbalingga
Pegiat Seni Kie Art Purbalingga Ajak Generasi Muda Napak Tilas Kesenian Jawa Purba
Generasi muda saat ini seakan larut dalam perkembangan jaman dan teknologi.
Penulis: Permata Putra Sejati | Editor: Catur waskito Edy
Dalam persembunyiannya ia kemudian melakukan 'Hening' di atas batu bersoleh.
Selama bertapa Jaran atau Kuda yang ditungganginya ini selalu ada disisinya dengan menempatkan tali pengendalinya di sebuah batu yang saat ini dikenal dengan watu Jaran.
Tidak hanya sosoknya yang dikatakan sakti tetapi kudanyapun dipercaya juga memiliki kesaktian.
Hal ini dibuktikan oleh seorang lurah yang berkuasa 39 tahun lamanya dan selalu menang dalam pertandingan kuda di kota Purbalingga .
Tempat yang ketiga adalah Makom Kyai Mbah Hasan Toyib.
Makam itu merupakan makam tokoh Islami yang melakukan penyebar islam pertama kali di desa ini.
Dalam Napak Tilas warga juga menyuguhkan berbagai macam makanan yang jarang dijumpai.
Makanan jadul ditampilkan kembali seperti cingkokah, pelas tawon (pelas lebah), nasi jagung ikut menghiasi tumpeng.
"Tumpeng dalam filosofis jawa artinya an 'tumapaking panguripan–tumindak lempeng-tumuju pangeran'
Dalam artian 'tertatanya hidup, berjalan lurus kepada Tuhan' dengan simbolis nasi mengerucut keatas," ujarnya kepada Tribunbanyumas.com, dalam rilis Kamis (25/8/2022).
Warga sekitar juga berdandan unik.
Ada kurang lebih 350 orang warga berpakaian adat dan ikut menghiasai arak-arakan.
Mereka sendiri ada dari pemuda, tukang nderes, sinden, petani lancingan, ibu-ibu dengan perlengkapannya ke kebon.
Pengunjungnya datang dari berbagai wilayah seperti dari Purbalingga, Semarang, Purwokerto, Jakarta dan Bandung.
Para pengunjung juga mengenakan pakaian jawa sesuai dengan arahan panitia.