Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Kenaikan BBM

Data BPS: Kenaikan Harga BBM Picu Inflasi Jateng Bulan September 2022

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat inflasi di Jawa Tengah bulan September 2022 sebesar 1,19 persen

Penulis: Idayatul Rohmah | Editor: rival al manaf
Tribun Jateng/ Idayatul Rohmah
Antrean memanjang di SPBU jalan Kaligawe Semarang. 

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Tengah mencatat inflasi di Jawa Tengah bulan September 2022 sebesar 1,19 persen dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 112,78. 

Kepala BPS Jateng Adhi Wiriana mengatakan, inflasi bulan ini merupakan tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya, bahkan tertinggi dari dua tahun lalu.

"Kita ketahui ada dampak kenaikan harga BBM yang baru saja terjadi awal September lalu, yang mana ini memegang peran penting di masyarakat dan menyebabkan inflasi kita tertekan atau meningkat cukup tinggi di atas 1 persen yaitu 1,19 persen."

Baca juga: Bupati Tegal Umi Azizah: Tenaga Non ASN Memenuhi Syarat Harus Masuk Pendataan BKN 

Baca juga: Duduk Perkara Dugaan Pencemaran Lingkungan CV RPM Kudus, Warga Geruduk Gudang Jagung

Baca juga: 9 Prioritas Penindakan Operasi Zebra Candi 2022 di Polres Blora

"Inflasi september 2022 ini merupakan inflasi tertinggi dibanding dua tahun belakangan. Dibanding 2020/2021, bulan paling tinggi inflasinya adalah September 2022," kata Adhi saat konferensi pers secara virtual, Senin (3/10/2022).

Adhi lebih lanjut menerangkan, tingkat inflasi di Jawa Tengah tahun kalender September 2022 sebesar 5,11 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (September 2022 terhadap September 2021) sebesar 6,40 persen.

September 2022, tercatat dari enam kota IHK di Jawa Tengah, semua kota mengalami inflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Kudus sebesar 1,65 persen diikuti oleh Kota Surakarta sebesar 1,30 persen; Kota Purwokerto sebesar 1,15 persen; Kota Semarang sebesar 1,13 persen; Kota Cilacap sebesar 1,11 persen; dan inflasi terendah terjadi di Kota Tegal sebesar 1,09 persen.

Disebutkan, kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok transportasi yang menjadi penyebab utama inflasi di Jateng.

"Andil lebih disebabkan kenaikan harga pada kelompok transportasi sebesar 1,11 persen. Dan inflasi 1,19 persen ini juga mempengaruhi beberapa kelompok lain yaitu perumahan air dan listrik naik 0,06 persen, termasuk penyediaan makanan dan minuman restoran naik 0,04 persen," terangnya.

Disisi lain, komoditas kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi.

Andil deflasi untuk kelompok ini yakni sebesar -0,04 persen, termasuk kelompok rekreasi olahraga dan budaya dengan andil -0,02 persen.

Kenaikan Harga Bensin Jadi Pemicu Utama

Sementara itu dilihat berdasarkan komoditas, Adhi menyebutkan komoditas penyumbang inflasi tertinggi yakni bensin yang memberikan andil sebesar 1,08 persen.

Disusul beras memberikan andil sebesar 0,09; solar 0,03 persen; angkutan antarkota 0,03 persen; dan kontrak rumah 0,02 persen.

"Andil inflasi terbesar yaitu bensin sebesar 1,08 persen, itu gabungan baik pertamax maupun pertalite.

Kedua, beras ini karena bukan musim panen sehingga ada andil inflasi, dan ketiga cukup juga berperan yaitu solar dengan andil inflasi 0,03 persen," sebutnya.

Sedangkan di sisi lain ia menyebutkan, tidak seluruh komoditas mengalami kenaikan harga pada bulan September 2022.

Baca juga: Pelajaran yang Diambil Suporter PSIS Semarang Panser Biru dari Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang

Baca juga: Nasib Eka Wanita di Kudus Gagal Umroh Karena Jadi Korban Arisan Bodong Rp 67 Juta Raib

Baca juga: Operasi Zebra Candi 2022, Polres Karanganyar Tetap Tindak Pengendara Gunakan Knalpot Brong

Sejumlah komoditas tercatat menyumbang deflasi, antara lain angkutan udara memberikan andil -0,09 persen; bawang merah memiliki andil -0,05 persen; daging ayam ras dengan andil -0,04 persen; emas perhiasan memberikan andil -0,03 persen; dan bioskop dengan andil -0,02 persen.

"Angkutan udara memberikan andil deflasi karena memang terjadi penurunan avtur, di samping mungkin juga terjadi kenaikan harga angkutan antarkota, angkutan rel, dan lainnya menyebabkan angkutan udara menurunkan (tarif) supaya lebih terjangkau dan andilnya -0,08 persen.

Bawang merah dari Brebes juga deflasi, daging ayam ras permintaan menurun dan terjadi deflasi.

Emas perhiasan bergantung kondisi emas dunia masih terjadi deflasi sehingga terjadi penurunan dan andil deflasinya -0,03 persen, termasuk penonton bioskop semakin berkurang sehingga pengusaha bioskop mencoba menurunkan tarif tiket masuk bioskop dan andil deflasinya -0,02 persen," jelasnya. (idy)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved