Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Tegal

Begini Tanggapan Bupati Tegal Umi Azizah Mengenai Ajakan Mentan SYL dari Beras ke Sagu 

Belum lama ini, viral di platform pemberitaan online mengenai statemen Mentan.

Penulis: Desta Leila Kartika | Editor: sujarwo
Tribun Jateng/Desta Leila Kartika
Bupati Tegal, Umi Azizah, saat melakukan sesi wawancara dengan rekan media, di area Alun-alun Hanggawana Slawi, Jumat (7/10/2022). 

TRIBUNJATENG.COM, SLAWI - Belum lama ini, viral di platform pemberitaan online maupun media sosial mengenai statemen Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang mengajak masyarakat untuk memakan sagu jika harga beras mahal. 

Bahkan Mentan tidak akan segan mensubsitusi (mengganti) produk pangan seperti beras menjadi sagu, bilamana harga komoditas tersebut tidak bersahabat alias mahal. 

Statemen tersebut pun menuai pro dan kontra dari masyarakat, tidak sedikit yang melontarkan hujatan atau kritikan pedas terhadap Mentan SYL. 

"Beras, kalau memang harganya tidak bersahabat potong semua pohon sagu yang ada. Kita masih punya 5 juta hektar sagu. Potong 1 juta sudah bisa bertahan 1-2 tahun, makan sagu aja," tutur Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengutip dari Serambinews.com. 

Dimintai tanggapannya mengenai ajakan makan sagu tersebut, Bupati Tegal, Umi Azizah, menjelaskan bahwa mengkonsumsi keanekaragaman sumber energi sudah berlangsung sejak dulu dan tidak hanya terpacu pada beras.

Selain beras, dikatakan Umi, ada bahan lainnya yang bisa dikonsumsi sebagai pengganti seperti jagung, umbi-umbian, sukun, sagu, dan lain-lain.

"Kalau menurut saya ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama. Karena mengalihkan kebiasaan masyarakat Indonesia untuk makan selain beras (nasi) itu butuh waktu lebih. Ya mungkin untuk kalangan tertentu sudah paham dan biasa, tapi ya perlu disosialisasikan lebih masif lagi ke masyarakat," ungkap Umi, pada Tribunjateng.com. 

Umi pun sedikit mencontohkan lewat obrolan, semisal di rumah ada yang bertanya "Gimana? Apa sudah makan?," kemudian dijawab "Belum baru makan lontong."

Bisa juga sebetulnya sudah makan umbi-umbian, tapi karena belum makan nasi, jadi masyarakat tetap menganggap belum makan.

"Karena mayoritas masyarakat Indonesia istilahnya kalau belum makan nasi, ya namanya belum makan. Sehingga, ya perlu sosialisasi dan edukasi ke masyarakat mengenai sagu ini," tutupnya. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved