Berita Kudus
DPRD Kudus Dorong Pemerintah Gunakan Anggaran untuk Kendalikan Inflasi
Kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak beberapa hari lalu, hingga saat ini masih menyisakan persoalan bagi para perajin tahu dan tempe.
Penulis: Abduh Imanulhaq | Editor: galih permadi
Dewan Minta Kenaikan Harga Kedelai segera Diatasi
TRIBUNJATENG.COM, KUDUS - Kenaikan harga kedelai yang terjadi sejak beberapa hari lalu, hingga saat ini masih menyisakan persoalan bagi para perajin tahu dan tempe.

Di Kabupaten Kudus, sejumlah perajin tahu dan tempe terus mengurangi jumlah produksi, lantaran daya minat masyarakat juga menurun.
Beberapa produsen tahu tempe sudah menurunkan produksi tahu dan tempe hingga 30 persen.
Langkah tersebut terpaksa dilakukan guna menekan biaya produksi supaya tidak terlalu berat.

Perajin tahu asal Ploso, Kecamatan Jati, Agus Salim mengatakan, harga normal kedelai sebagai bahan baku tahu dan tempe seharusnya berkisar Rp 9.000 - Rp 11.000 per kilogram.
Namun, saat ini sudah tembus Rp 13.900 per kilogram.
Katanya, harga kedelai terus merangkak naik dalam beberapa waktu terakhir, dan semakin membebani para perajin tahu dan tempe.
Sementara mereka tidak berani menaikkan harga tahu dan tempe, karena tidak mau kehilangan konsumen.

"Harga kedelai enggak pernah turun, naik terus. Sekarang sampai Rp 13.900/Kg, itu sudah disubsidi Rp 1.000.
Karena terlalu tinggi, produksi tahu saya kurangi 30 persen, biar masih bisa produksi," terangnya, Rabu (26/10/2022).
Dia mengatakan, naiknya harga kedelai di pasaran tidak bisa terbendung lagi.
Saat ini, Agus hanya bisa menyiasatinya dengan mengurangi ukuran tahu, tanpa menaikkan harga jual.
Agus khawatir, jika hal ini dibiarkan, bisa mengancam usahanya yang sudah dirintis selama 11 tahun.
Dia meminta agar pemerintah segera turun tangan mengatasi persoalan harga kedelai yang terus meroket.