Opini
Opini Agung Sudarmanto: Wayang Kulit Durasi Satu Jam
TANGGAL 7 Nopember adalah Hari Wayang Nasional. Dicanangkannya hari tersebut diharapkan mampu mendorong pekerja seni dan budayawan memacu kreativitas
Jikalau terdapat pagelaran wayang dengan durasi 1 jam misalnya, tanpa menghilangkan kandungan nilai luhurnya, barangkali dapat menjadi langkah alternatif, terlebih apabila pemilihan bahasa yang gampang dipahami. Setting panggung termasuk tata lampu dibenahi, dan pembenahan kelengkapan even yang memanjakan mata telinga penonton.
Perlu dicatat di sini, beberapa pekerja seni di gedung Cagar Budaya Sobokartti Semarang beberapa kali membuat eksperimen pagelaran wayang kulit durasi 1 (satu) jam dengan sinopsis bahasa Inggris. Mudah-mudahan upaya yang dikerjakannya menjadi salah satu langkah dongkrak alternatif untuk “menghidupkan” wayang.
Pornrat Damrhung dalam Seni Pertunjukan, Misi dan Masalah Komunikasi Kondisi Interkultural Kita (2002) antara lain mengatakan bahwa untuk mengembalikan agar pertunjukan tradisional memiliki hubungan kerja dengan penonton masa kini diperlukan proses kerjasama antara seniman, guru, pengusaha, peneliti, sejarawan, produser, manajer, serta akademisi dan birokrat.
Proses ini, kata Damrhung, lebih terfokus pada proses artistik dari produk, interaksi kultural serta pertukarannya. Dan, semakin banyak orang yang telibat dalam proses ini akan semakin besar hasil budayanya. Barangkali saran Damrhung ini perlu didengar dengan seksama. Selamat Hari Wayang Nasional. Semoga wayang tidak sekedar tontonan namun juga tuntunan hidup bagi masyarakat Indonesia dan dunia. (*tribun jateng cetak)