OPINI
OPINI Niken Rima Winahyu : Memantaskan Diri Menjadi Guru
Judul diatas dapat dimaknai dalam berbagai perspektif. Makna pertama adalah seorang guru jika mau “dianggap” sebagai guru
Oleh Niken Rima Winahyu, S.Pd. Gr
Guru SMK Garuda Nusantara Demak
Judul diatas dapat dimaknai dalam berbagai perspektif. Makna pertama adalah seorang guru jika mau “dianggap” sebagai guru, maka ada kriteria yang harus dipenuhi yakni integritas dan inovasi.
Ketika guru tidak memiliki integritas terhadap profesi yang dipilih maka berarti guru tersebut jiwa pedagogisnya belum terukur. Juga ketika guru tidak memiliki semangat inovasi maka jiwa inovatif sebagai pendidik harus dipertanyakan.
Mengapa?, karena saat ini ada banyak tantangan yang harus dijawab oleh guru jika mau dipredikatkan sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.
Memang guru hanya manusia biasa, namun terus mengasah potensi diri dan kepekaan diri akan menumbuhkan integritas dan inovasi ditengah maraknya berbagai tantangan yang membersamai langkah guru.
Makna kedua adalah pribadi yang layak dinisbatkan sebagai soerang guru haruslah menunjukkan kepribadian yang menjadi teladan di masyarakat. Dinisbatkannya guru tentu bukan siapa saja yang memiliki legalitas guru tetapi siapa saja yang mau menjadi pembimbing masyarakat.
Di lingkungan masyarakat, sosok guru kehadirannya sangat ditunggu baik saran apiknya maupun sikap bijaknya. Sebagai bukti ada banyak peran strategis yang saat ini telah diemban oleh guru mulai dari ketua RT, RW, panitia penyelenggara pemilu, dan peran strategis lain.
Inilah bukti konkret bahwa petuah guru akan selalu hadir meneduhkan masyarakat. Namun sayangnya, diluar kualitas guru dengan prestasinya ada banyak juga kasus yang akhirnya menyeret oknum guru.
Sepanjang tahun 2022 ada banyak tindakan negatif “oknum” guru yang ramai menghiasi pemberitaan.
Tentu kita msih ingat kasus amoral yang terjadi di salah satu kabupaten di Jawa tengah beberapa bulan yang lalu. Ini hanya lah salah satu contoh betapa perilaku guru “oknum” akan selalu menjadi pembicaraan diamana saja.
Guru “ Digugu lan ditiru”
Akronim ini tentu sudah sering kita dengar bahkan mungkin sudah dihafal oleh masyarakat bahkan langkah bijaknya sudah mewarnai berbagai kegiatan di masyarakat.
Sebagai guru secara teoritis hendaknya memiliki empat kompetensi guru yakni kompetensi pedagogis, kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional. Kompetensi pedagogis artinya guru harus memiliki jiwa dan menjiwai peranya sebagai penyampai informasi pembelajaran.
Dalam konteks ini guru harus cakap dalam mengelola dan menghidupkan kelas. Kelas yang hidup dengan diskusi dan pembelajaran yang menyenangkan membuktikan guru yang ada diklas tersebut memiliki kepribadian pedagogis yang baik.
Kompetensi sosial artinya seorang guru hendaknya memiliki kepekaan dan kepedulian sosial. Sebagai guru tentu harus memiliki pemahaman yang benar bahwa kinerja guru adalah 24 jam.
Guru juga harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari masyarakat yang harus mengambil porsi sebagai pembawa perubahan pola pikir masyarakat.
Selanjutnya, kompetensi kepribadian artinya kualitas diri guru akan selalu dilihat oleh masyarakat baik sebagai bagian dari masyarakat dan juga sebagai sosok guru. Maka tindak tanduk guru akan selalu diimitasi oleh masyarakat.
Tindakan positif yang dilakukan oleh guru akan selalu menginspirasi masyarakat, begitu juga sebaliknya jika ada oknum guru yang berlaku negatif maka masyarakat akan tidak muah melupakan.
Oleh karena itu, potensi yang dimiliki oleh seorang guru harus terus diasah dan ditempa dengan berbagai aktivitas sosial, kegamaan, dan aktivitas lainnya.
Dan yang kempat adalah kompetensi profesional. Profesiaonal adalah berawal dari akar kata profesi yakni pekerjaan atau dengan orientasi lain. Seorang guru akan selalu dituntut bersikap profesional dalam melaksanakan kinerja. Dengan kata lain guru harus terus berupaya meningkatkan kapasitas diri demi dimilikinya predikat kompeten.
Guru Di Era Digital
era digital adalah masa yang harus diketahui oleh guru. Era digitak bukanlah sekedar istilah tetapi sudah menjadi remember bagi semua terutama guru.
Guru yang setiap hari berinteraksi dengan peserta didik milenial dan genersi Z maka membekali diri dengan keterampilan digital adalah sebuah keharusan. Jangan sampai peran guru akan tertgantikan oleh teknologi.
Meskipun secara prinsip peran guru akan tetap dibutuhkan namun tidak ada kemustahilan juga jika guru malas berinovasi maka kehadirannya akan tidak lagi dirindukan oleh peserta didik.
Era digital bukanlah warning, bagi guru era digital harus menjadi pengingat bahwa siapa saja yang mentasbihkan dirinya sebagai guru maka hendaknya bersiap untuk terus mengembangkan diri dengan berbagai kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga kita pantas dan layak menjadi guru.
Mengutip apa yang disampaikan oleh Usman Jabbar bahwa hanya guru yang berhak mengajar adalah yang tidak berhenti mengajar.
Selamat hari guru nasional. (*)
Baca juga: Kompolnas Turun ke Semarang, Supervisi Penanganan Kasus Kematian Iwan Boedi
Baca juga: Ternyata Begini Cara Residivis Kakak Beradik Ini Bobol Sekolah di Wonosobo, Bisa Gondol Lima Laptop
Baca juga: Fokus : Terima Kasih Guru
Baca juga: Teriak Histeris Bocah SD di Brebes, Temukan Kerangka Manusia di Sungai Prupuk, Kondisinya Tidak Utuh