OPINI
OPINI Meina Febriani : Pendidikan Kolaboratif Melalui Praktisi Mengajar
Salah satu aspek esensial dalam menciptakan sumber daya manusia unggul dan memiliki daya saing yakni menyiapkan lulusan siap kerja
Perlu Dukungan
Penerapan program praktisi mengajar yang telah berlangsung saat ini membutuhkan dukungan dari berbagai kalangan, yakni mahasiswa, dosen sekaligus lembaga, dan praktisi. Dukungan tersebut tentu tidak terlepas dari manfaat yang diperoleh dari sektor-sektor tersebut.
Bagi mahasiswa, program praktisi mengajar dapat memberi pengalaman belajar berupa ilmu praktis yang aktual dan relevan dengan dunia kerja akan didapatkan. Bagi dosen sekaligus lembaga, kolaborasi dengan dosen praktisi berdampak pada perluasan jejaring, kerja sama, juga pengembangan pelaksanaan pembelajaran yang kekinian dan relevan dengan kebutuhan dunia kerja.
Bagi praktisi, program praktisi mengajar sebagai dosen ini dapat memberikan keuntungan finansial dan menjadi kesempatan emas untuk medarmabaktikan kontribusinya terhadap pendidikan di Indonesia. Di sisi lain, perlu juga dipikirkan kontribusi nyata pendidikan terhadap dunia industri.
Simbiosis mutualisme semestinya tercipta dalam kolaborasi praktisi mengajar ini, terutama dampaknya terhadap dunia industri.
Perlu disadari bahwa penyiapan lulusan perguruan tinggi yang cakap dalam dunia kerja turut berdampak pada kualitas tenaga kerja profesional. Ibarat benih yang berkualitas, kelak ia pun akan bertumbuh menjadi pohon yang memproduksi buah yang berkualitas pula.
Begitu pula dengan menyiapkan lulusan perguruan tinggi menjadi SDM unggul yang siap kerja. Oleh sebab itu, kerja sama yang baik antara industri dan sektor pendidikan menjadi hal yang penting untuk dibangun dan ditindaklanjuti.
Tindak lanjut program praktisi mengajar sesungguhnya menjadi tugas besar bagi program MBKM dan juga sektor akademik. Program potensial ini adalah ladang emas bagi loncatan perubahan orientasi pendidikan yang seharusnya kian aktual dan dapat memenuhi kebutuhan dunia kerja.
Integrasi Kurikulum
Program praktisi mengajar dilaksanakan dengan dua strategi kolaborasi.
Pertama, kolaborasi pendek dengan durasi mengajar minimal 4 jam dan maksimal 10 jam tatap muka per semester.
Kedua, kolaborasi panjang minimal 15 jam dan maksimal 41 jam tatap muka per semester. Artinya, apakah durasi itu cukup untuk menciptakan sistem pendidikan kolaboratif yang dapat mengintegrasikan kebutuhan dunia kerja dan kompetensi lulusan perguruan tinggi?
Adaptasi kurikulum yang meliputi bidang intrakurikuler maupun ekstrakurikuler juga menjadi hal yang perlu disesuaikan. Dalam konteks intrakurikuler, komponen kurikulum yang meliputi tujuan, isi, cara, dan evaluasi harus senantiasa diadaptasi sesuai perubahan zaman dan kebutuhan dunia kerja.
Dari segi ekstrakurikuler, kegiatan mahasiswa di luar perkuliahan juga menjadi embrio penyiapan SDM unggul, misalnya dengan membangun komunitas yang berjejaring dengan stakeholder.
Program praktisi mengajar merupakan ancangan yang tepat. Namun, ada beberapa hal yang perlu direspons pihak perguruan tinggi, yakni: