Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Salatiga

Warga Tingkir Salatiga Mengenal Mbah Abdul Wahid Sebagai Mbah Maksum, Ini Penjelasannya

Makam Mbah Abdul Wahid yang ada di Tingkir merupakan salah satu keluarga Gus Dur.

Penulis: Hanes Walda Mufti U | Editor: sujarwo
Tribunjateng.com/Hanes Walda
Makam Mbah Abdul Wahid yang berada di Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Kamis (5/1/2023). 

TRIBUNJATENG.COM, SALATIGA – Makam Mbah Abdul Wahid yang ada di Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga merupakan salah satu keluarga KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Mbah Abdul Wahid merupakan salah satu pasukan telik sandi (mata-mata) pada Perang Jawa sekitar tahun 1825 dan ditempatkan di Salatiga.

Juru kunci makam Mbah Wahid, Sadzali Marjan mengatakan bahwa Mbah Abdul Wahid bergabung dengan laskar yang di Pimpin oleh Kiai Modjo.

Mbah Wahid ini ditugaskan sebagai memata-matai pergerakan Belanda di Salatiga dan cukup lama ikut dalam perang melawan penjajah.

Makam Mbah Abdul Wahid yang berada di Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Kamis (5/1/2023).
Makam Mbah Abdul Wahid yang berada di Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Kamis (5/1/2023). (Tribunjateng.com/Hanes Walda)

“Beliau direkrut oleh Kiai Modjo yang ditugasi oleh Pangeran Diponegoro untuk merekrut kiai ngaji, warga, untuk laskar pangeran Diponegoro,” kata Marjan kepada Tribunjateng.com, Kamis (5/1/2023).

Mbah Abdul Wahid sendiri merupakan asli Kabupaten Boyolali dan karena beliau ditugaskan sebagai mata-mata, keluarga Mbah Abdul Wahid tidak diajak ke Salatiga.

Marjan mengaku warga sekitar mengenal Mbah Abdul Wahid sebagai Mbah Maksum.

“Nama Mbah Wahid sendiri baru dikenal 20 tahun ke belakang, itu berdasarkan catatan dari keluarga Pondok Tabu Ireng, Jombang,” jelasnya.

Makam Mbah Abdul Wahid yang berada di Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Kamis (5/1/2023).
Makam Mbah Abdul Wahid yang berada di Tingkir Lor, Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, Kamis (5/1/2023). (Tribunjateng.com/Hanes Walda)

Selain itu, sebelum Pangeran Diponegoro di tangkap oleh Belanda, memberikan instruksi kepada para pejuang, untuk menanam pohon Sawo jika dirinya tidak pulang pasca bertemu pihak Belanda.

“Pangeran Diponegoro sudah berpesan kepada pengikutnya kalau beliau tidak pulang pasukan kembali dulu ke desa masing-masing, untuk menandakan kalau kita masih satu komando, di depan rumah atau masjid ditanam pohon Sawo,” ungkapnya.

Sampai saat itu, Mbah Abdul Wahid menetap di Tingkir sampai akhirnya wafat dan  makamkan di Tingkir Lor Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. (*)

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved