Wonosobo Hebat
Selamat Datang di Superhub Pemkab Wonosobo

Berita Semarang

Jejak Armada Laut Cheng Ho di Semarang, Depan Sam Poo Kong Dahulu Menghadap Laut

Pada abad ke 15 Ong King Hong armada laut yang dipimpin Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming datang ke Pulau Jawa. Saat itu singgah di Simongan dan me

Penulis: budi susanto | Editor: m nur huda
Tribun Jateng/Budi Susanto
Sejumlah pengunjung memadati komplek Klenteng Sam Poo Kong yang ada di Bongsari, Kecamatan Semarang Barat, Jumat (28/1/2022). 

Pada abad ke 15 Ong King Hong armada laut yang dipimpin Laksamana Cheng Ho dari Dinasti Ming datang ke Pulau Jawa. Saat itu singgah di Simongan dan mendirikan masjid, yang kini ada di dalam area Sam Poo Kong.

TRIBUNJATENG.COM - SEJARAH orang-orang Tionghoa yang datang dan bermukim di Kota Semarang memang panjang. Keberadaan mereka tidak terlepas dari kiprah pelayaran Panglima Cheng ho.
Cheng ho adalah laksamana armada laut dari Kerajaan Ming yang membawa armada kapal raksasa.
Misi pelayaran itu untuk mencari pengakuan secara internasional.

Ketika armada kapal lautnya singgah di nusantara, rombongan itu mengunjungi beberapa kerajaan. Termasuk armada Cheng Ho singgah di Kota Semarang.

Dalam penelitian berjudul Sam Poo Kong dan perubahan identitas masyarakat Tionghoa di Semarang, yang dilakukan oleh Universitas Diponegoro. Armada laut Cheng Ho sama sekali tak menginjakkan kaki ke Kota Semarang.

Patung Laksamana Cheng Ho di Kelenteng Sam Poo Kong, Simongan, Kota Semarang, menjadi patung Cheng Ho tertinggi di dunia.
Patung Laksamana Cheng Ho di Kelenteng Sam Poo Kong, Simongan, Kota Semarang, menjadi patung Cheng Ho tertinggi di dunia. (tribun jateng/m syofri kurniawan)

Cheng Ho dan rombongan hanya berhenti di wilayah Demak, lantaran ada anak buah kapal yang sakit. Anak buah kapal itu bernama Ong King Hong, ia harus mendapatkan perawatan khusus di darat.

Mendirikan Masjid

Ong King Hong juga diminta mengikuti rombongan armada laut ketika sembuh. Usai turun dari kapal, Ong King Hong mencari tempat untuk mengobati sakitnya. Ia menyusuri pinggiran pantai hingga sungai dan menemukan Bukit Simongan.

Namun setelah sembuh, ia memilih menetap di Simongan Semarang. Kemudian Ong King Hong mendirikan masjid di Simongan. Masjid itu sekarang menjadi bagian dalam kawasan Kelenteng Sam Poo Kong atau Kelenteng Gedung Batu.

Perjalanan Ong King Hong juga tercatat pada buku berjudul Mengenal Kelenteng Sam Poo Kong, terbitan tahun 1982. Pada abad ke-15 Ong King Hong bersama rombongan Cheng Ho datang ke Pulau Jawa.

Armada laut Cheng Ho pun melakukan perjalanan hingga ke timur Pulau Jawa dan kembali ke Kerajaan Ming. Dipilihnya Simongan sebagai tempat tinggal oleh Ong King Hong, karena lokasi tersebut sangat strategis.

Topografi Simongan saat itu berupa muara sungai yang tepat berhadapan dengan laut. Berdasarkan feng shui, lokasi Simongan sangat ideal digunakan untuk pemukiman. Dalam karya Stephen Skinner, mengenai ilmu tata letak tanah dan kehidupan Cina Kuno. Wilayah Simongan mempunyai Feng shui baik.
Pasalnya dilatarbelakangi adanya gunung atau bukit yang menghadap ke arah sungai dan laut.

Menetapnya Ong King Hong ke Simongan sangat erat kaitannya dengan topografi wilayah tersebut saat itu. Pemetaan yang dilakukan Van Bemmelen, ahli geologi Belanda yang banyak melakukan survei awal terhadap vulkanisme dan tektonisme di Indonesia di masa kolonial, juga menguatkan tersebut.

Peta yang dibuat oleh Van Bemmelen, wilayah Simongan pada abad 15 membentuk cerukan. Dua bukit menjulang tinggi yang berhadapan langsung dengan laut yaitu Bukit Simongan dan Bergota.

Tepi Laut

Kondisi wilayah Simongan pada abad 15 tersebut dibenarkan oleh Ketua Yayasan Sam Poo Kong, Mulyadi. Saat ditemui Tribunjateng.com, ia menjelaskan, wilayah Klenteng Sam Poo Kong pada abad ke-15 memang tepian laut.

Adanya bukti dan kontur yang mendukung membuat satu di antara juru mudi armada laut Cheng Ho menetap di Simongan yang kini menjadi Klenteng Sam Poo.

"Feng shui di lokasi ini juga baik, selain itu ada sumber air bersih dan ada tempat perlindungan saat itu berupa gua. Sumber air dan gua tersebut masih ada sampai sekarang," jelasnya, Senin (16/1/2023).

Terpisah pemerhati sejarah dan budaya Kota Semarang Ulinuha menuturkan, adanya makam juru mudi armada Cheng Ho yaitu Ong King Hong di kawasan Simongan menjadi bukti lokasi tersebut jadi jujugan masyarakat Tionghoa pada abad 15.

Selain itu, Bukti Simongan hingga Bergota membentuk mulut naga yang dipercaya masyarakat Tionghoa sebagai lokasi baik untuk bermukim.

"Melihat dari peta lama, memang lokasi Simongan hingga Bergota sangat ideal untuk membangun pemukiman. Ditambah lagi ombak tidak terlalu besar karena wilayah Kota Semarang saat itu berbentuk cerukan," tuturnya. (Budi Susanto/tribun jateng cetak)

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved