Opini

Opini Dian Ananda P: Kasus Pelecehan Anak dan Pentingnya Edukasi Seksual

KASUS kekerasan seksual sedang marak terjadi di Indonesia. Ironisnya terjadi pada anak-anak. Seperti kasus pemerkosaan siswi TK oleh anak usia 8 tahun

Editor: m nur huda
Tribun Jateng
Opini Ditulis Oleh Dian Ananda Permata (Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Walisongo) 

Opini Ditulis Oleh Dian Ananda Permata (Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam UIN Walisongo)

TRIBUNJATENG.COM - KASUS kekerasan seksual sedang marak terjadi di Indonesia. Ironisnya terjadi pada anak-anak. Seperti kasus pemerkosaan siswi TK oleh anak usia 8 tahun di Mojokerto. Kemudian kasus pencabulan siswi Sekolah Dasar (SD) oleh penjaga sekolah di Semarang, dan masih banyak lagi.
Menurut data dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Aceh, ada 355 kasus kekerasan seksual anak pada tahun 2021. Artinya, setiap 18 jam sekali anak di Aceh mengalami kekerasan seksual.

Sementara berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA), pada periode Januari hingga Juni 2022, menunjukkan 7.004 kasus atau 58,5 persen adanya kasus kekerasan seksual pada anak.

Meningkatnya kasus kekerasan seksual membuat orang tua dan masyarakat menjadi resah. Mirisnya, pelaku pelecehan dan kekerasan seksual anak biasanya terjadi di lingkungan terdekat seperti keluarga atau teman sebaya.

Sebuah penelitian menunjukkan, salah satu faktor yang menyebabkan pelecehan seksual adalah minimnya edukasi seksual. Sebagaimana data yang dilansir dari dari detik.com, menunjukkan 84 persen remaja di rentang usia 12-17 tahun belum mendapatkan edukasi seksual.

Stigma Tabu

Membicarakan mengenai edukasi seksual di Indonesia menjadi sesuatu yang masih dianggap tabu oleh masyarakat. Masyarakat kita cenderung menabrakkannya dengan etika ketimuran sehingga memandang edukasi seksual menjadi sesuatu yang hal tidak patut dibicarakan oleh masyarakat umum.

Selain itu, masyarakat masih memegang keras stigma mengenai edukasi seksual sebagai sesuatu hal yang jorok, dan adanya miss-informasi tentang edukasi seksual. Sehingga informasi menjadi sangat tertutup dan justru jika anak-anak mengetahui hal tersebut menjadi sesuatu yang berbahaya bahkan salah.

Para orang tua atau orang dewasa lebih sering melarang daripada memberi pemahaman. Akhirnya pemahaman tersebut ditunda bahkan sampai sebelum pernikahan mereka. Riset yang sama juga menunjukkan 41 persen remaja yang telah mengalami tanda pubertas, mengaku lebih nyaman berdiskusi permasalahan seksual dan kesehatan reproduksi dengan teman sebayanya, sedangkan 24 persen pada orang tuanya.

Ketidaktahuan edukasi seksual secara komprehensif dan matang justru akan menjadi boomerang, terutama pada anak-anak. Meskipun masih dilabeli anak-anak, tidak bisa diartikan mereka belum bisa mendapatkan edukasi seksual. Justru sebaliknya, mengajarkan edukasi seksual sejak dini menjadi urgensi, melihat banyaknya kasus buruk terjadi.

Pasalnya, secara kognitif anak-anak belum bisa mencapai penalaran yang sempurna terlebih untuk mengambil keputusan. Di sisi yang lain anak-anak memliki rasa penasaran yang begitu tinggi. Sehingga dalam hal edukasi seksual, anak-anak belum memiliki pemahaman akan hal tersebut, dikahwatirkan akan melakukan tindakan yang tidak sebagaimana mestinya seperti dalam kasus.

Edukasi Seksual

Namun bagaimana kita memberikan pemahaman mengenai edukasi seksual pada anak-anak? Parenting edukasi seksual menjadi jembatan utama untuk memberikan pemahaman edukasi seksual pada anak. Pasalnya, orang yang paham adalah sumber utama pengetahuan anak-anaknya, termasuk tentang edukasi seksual.

Ilmu parenting membantu orang tua memahami tingkat kebutuhan mendasar anak. Salah satunya, pemahaman edukasi yang perlu disampaikan orang tua pada anak sejak dini. Edukasi seksual akan membentuk pemahaman anak agar mampu terhindar dari perilaku pelecehan hingga kekerasan seksual.
Langkah awal yang bisa dilakukan ialah menyadari pentingnya edukasi seksual sejak dini. Orang tua bisa memberi pemahaman serta berdiskusi dengan anak seputar topik seksual secara berkala. Diskusi yang terbuka sejak dini membuat anak tidak merasa canggung. Rasa penasaran permasalahan seksual yang ingin anak ketahui lebih detailnya ketika masa pubertas, bisa terjawab oleh orang yang tepat.

Edukasi seksual dapat dipelajari mulai dari anatomi tubuh manusia serta fungsinya, aktivitas seksual, reproduksi seksual, seks aman, kesehatan seksual, kesehatan reproduksi, hubungan emosional, hingga hak reproduksi.

Edukasi seksual memberikan pengetahuan kompleks, mengenali bentuk-bentuk pelecehan seksual, juga menghindari kehamilan remaja di bawah umur, atau kehamilan yang tidak diinginkan, hingga bagaimana membatasi penyebaran infeksi menular secara seksual. Pemahaman semacam ini yang juga tercakup dalam ilmu parenting. (*tribun jatang cetak)

 

Sumber: Tribun Jateng
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved