Opini
Transformasi Digital: Jembatan Masa Depan Ekonomi dan Akuntansi Indonesia
Berikut opini Dimas Prayugi, Mahasiswa Magister Akuntansi UMS/ Bagian Keuangan Poltek Harber.
Oleh: Dimas Prayugi, Mahasiswa Magister Akuntansi UMS/ Bagian Keuangan Poltek Harber
INDONESIA tengah berada di tengah pusaran besar transformasi digital. Perubahan ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi sebuah keniscayaan global yang telah dan akan terus mengubah wajah ekonomi, sistem kerja, dan pola kehidupan masyarakat. Dalam konteks ini, dua bidang yang paling terdampak dan sekaligus memiliki potensi luar biasa untuk berkembang adalah ekonomi dan akuntansi. Transformasi digital telah menjadi jembatan masa depan yang menghubungkan efisiensi, akuntabilitas, dan pertumbuhan berkelanjutan dalam kedua bidang tersebut.
Transformasi digital telah melahirkan apa yang kita kenal sebagai ekonomi digital, sebuah ekosistem baru yang memungkinkan aktivitas ekonomi dilakukan melalui jaringan digital. Laporan Google, Temasek, dan Bain & Company memproyeksikan nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai USD 360 miliar pada tahun 2030. Laporan tersebut juga mencatat bahwa ekonomi digital Indonesia diproyeksikan tumbuh tiga kali lipat menjadi antara USD 220-360 miliar pada tahun 2030, dengan pencapaian lebih awal dari proyeksi awal pada tahun 2016.
Platform digital telah membuka peluang besar bagi UMKM, yang sebelumnya kesulitan mengakses pasar dan pembiayaan. Kini, siapa saja bisa berjualan secara daring, mengakses layanan keuangan digital, atau membangun merek melalui media sosial. Ini membuktikan bahwa teknologi adalah alat demokratisasi ekonomi yang kuat, menjembatani pelaku usaha kecil dengan konsumen global.
Namun, di balik potensi itu, muncul tantangan baru seperti persaingan yang semakin ketat, keamanan data, dan literasi digital yang belum merata. Oleh karena itu, transformasi digital harus diimbangi dengan upaya pemberdayaan masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan kebijakan yang melindungi semua pihak.
Sementara itu, di dunia akuntansi, digitalisasi telah merevolusi hampir seluruh aspek kerja. Pekerjaan manual seperti pembukuan, pelaporan keuangan, hingga proses audit kini banyak dibantu oleh perangkat lunak berbasis cloud, kecerdasan buatan (AI), dan teknologi blockchain. Proses yang dulunya memakan waktu dan berisiko tinggi terhadap kesalahan kini dapat dilakukan secara otomatis dan real-time, bahkan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi.
Transformasi ini juga menggeser peran akuntan dari sekadar “penjaga angka” menjadi “penafsir data” dan “penasihat strategis”. Akuntan masa kini dituntut tidak hanya menguasai prinsip akuntansi, tetapi juga memiliki kompetensi digital seperti data analytics, pemrograman dasar, serta kemampuan mengelola sistem informasi keuangan.
Namun, perubahan ini juga menimbulkan pertanyaan: apakah teknologi akan menggantikan akuntan? Jawabannya bukan menggantikan, tetapi memperkuat. Teknologi akan mengambil alih pekerjaan yang repetitif dan administratif, sementara akuntan akan fokus pada analisis, strategi, dan pengambilan keputusan berbasis data.
Integrasi antara teknologi, ekonomi, dan akuntansi akan menjadi pondasi penting dalam mewujudkan pemerintahan dan bisnis yang transparan, efisien, dan akuntabel. Dalam konteks keuangan negara misalnya, digitalisasi sistem akuntansi dan pengelolaan anggaran bisa mengurangi praktik korupsi, mempercepat penyerapan anggaran, dan memudahkan masyarakat dalam mengakses informasi keuangan publik.
Di sektor swasta, perusahaan yang mampu menerapkan sistem keuangan digital dan mengintegrasikannya dengan proses bisnis secara menyeluruh akan memiliki daya saing yang lebih tinggi. Mereka dapat membuat keputusan lebih cepat, efisien dalam operasional, serta lebih adaptif terhadap perubahan pasar.
Transformasi digital bukan hanya soal perangkat lunak atau teknologi mutakhir, tetapi soal kesiapan sumber daya manusia. Di sinilah pentingnya pendidikan dan pelatihan yang mampu menjembatani kebutuhan masa depan. Dunia pendidikan, termasuk program studi ekonomi dan akuntansi, harus menyesuaikan kurikulum agar lulusan tidak hanya paham teori, tetapi juga siap menghadapi tantangan digitalisasi.
Kita tidak bisa menghindari gelombang transformasi digital. Yang bisa kita lakukan adalah memastikan bahwa kita bukan hanya penonton, tetapi aktor aktif dalam perubahan ini. Dengan sinergi antara teknologi, ekonomi, dan akuntansi yang kuat, Indonesia bisa melangkah lebih cepat menuju masa depan yang lebih efisien, transparan, dan inklusif. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.