Berita Jateng
Kasus Diabetes Anak Meningkat 70 Kali Lipat, Menkes Minta Jangan Banyak Makan yang Manis-manis
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat meminimalisir makan makanan yang manis, menyusul banyaknya kasus diabetes
TRIBUNJATENG.COM, JAKARTA -- Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat meminimalisir makan makanan yang manis, menyusul banyaknya kasus diabetes yang menyerang anak-anak.
Berdasarkan laporan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak melonjak drastis sampai 70 kali lipat pada 2023, jika dibandingkan dari 2010. Prevalensi kasus pada Januari 2023 adalah 2 per 100.000 jiwa.
Menurutnya, menghindari makan makanan yang manis dan mengandung gula berlebih merupakan salah satu cara mencegah penyakit itu muncul. "Jangan keburu sakit.
Jadi kalau kita diabetes, makannya dijaga jangan banyak-banyak makan yang manis-manis," kata Budi saat ditemui di RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat, Jumat (3/2).
Selain makan makanan yang manis, ia mengimbau untuk memperbanyak olahraga fisik. Olahraga bisa dilakukan minimal 30 menit dalam sehari, sebanyak 5 hari dalam seminggu. Lalu, melakukan pemeriksaan hemoglobin A1c (HbA1c) secara rutin.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur rerata jumlah sel darah merah (hemoglobin) yang berikatan dengan gula darah selama 3 bulan terakhir.
Gula darah disebut normal jika HbA1c di bawah 5,7 persen, dinyatakan prediabetes jika jumlah HbA1c antara 5,7–6,4 persen, dan diabetes jika jumlah HbA1c mencapai 6,5 persen atau lebih.
"Jadi penting buat masyarakat untuk diedukasi, dididik, untuk bisa identifikasi dia diabetes apa enggak. HbA1c di bawah 6,5 apa enggak, itu yang paling bagus. Jadi cek darah, dilihat," ucap Budi.
Sedangkan jika sudah telanjur mengidap diabetes, Budi menyarankan agar rutin minum obat. Obat tersebut pun bisa ditanggung oleh BPJS Kesehatan termasuk pemeriksaan awal dan lanjutan, biaya rumah sakit jika rawat inap, hingga kontrol rutin.
Budi lantas mewanti-wanti diabetes bisa memicu penyakit katastropik lain, seperti jantung, stroke, dan gagal ginjal, bila tidak diobati secara tepat.
"Mesti minum obat, obatnya di Puskesmas dikasih gratis. Kalau punya BPJS mungkin bisa klaim juga di Puskesmas. Begitu dapat, minum obat. Kalau dia kena diabetes, dia minum obat, itu bisa bertahan ada umur 70-80 tahun itu bisa (bertahan), yang penting itu saja," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, menurut laporan yang diterima IDAI hingga Selasa malam (31 Januari 2023), ada 1.645 pasien anak penderita diabetes yang tersebar di 13 kota.
Ketiga belas kota tersebut, yaitu Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.
Berdasarkan usia, sebaran kasus diabetes pada anak yang paling tinggi berada di usia 10-14 tahun dengan porsi 46,23 persen.
Diikuti anak usia 5-9 tahun sebesar 31,05 persen, anak usia 0-4 tahun sebanyak 19 persen, dan anak usia lebih dari 14 tahun sebesar 3 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, sebaran kasus diabetes pada anak lebih banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 59,3 persen dan laki-laku 40,7 persen.
"Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000," kata Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi IDAI, Muhammad Faizi, SpA(K) dalam Media Briefing "Diabetes pada Anak" pada Rabu (1/2).
Sementara itu,Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyebut diabetes melitus tipe 2 erat dengan pola makan seperti tinggi karbohidrat.
Karena itu sejak awal anak tumbuh, orang tua perlu mengatur asupan makanan, dengan mengutamakan pemberian protein hewani.Selain mencegah stunting, protein hewani mampu pula mencegah DM tipe 2.
"Apabila makanan seorang anak dari awal mula yaitu sudah selalu tinggi indeks glikemik tinggi, karbohidrat tinggi, gula tinggi, tepung apalagi ditambah lagi tinggi minyak transfer ya inilah yang menjadi cikal bakal asal muasal diabetes (DM 2)," kata dia.
Ia memaparkan, makanan dengan indeks glikemik tinggi berupa snack, junk food membuat gula darah mereka naik.
"Kemudian turun drastis anak lapar lagi crafting makan yang seperti itu lagi terus-terus seperti itu sehingga insulin ini akan diproduksi terus-menerus dan akhirnya insulin tinggi kadarnya dalam darah dan kemudian pankreasnya menjadi over," papar dokter Piprim.
Piprim menyatakan, gaya hidup serba modern yang banyak dijalankan sekarang sangat memungkinkan DM tipe 2 banyak didapati pada anak-anak. "Biasanya DM tipe 2 menyerang orang dewasa yang sudah umur-umurnya 40 tahun ke atas mungkin ya sekarang ini banyak yang menyerang remaja," terang dia.
Selain menjaga pola makan, anak-anak juga perlu menerapkan gaya hidup sehat lainnya seperti aktif bergerak, berolahraga, dan cukup tidur.
"Gaya hidup lain seperti gadget, anak-anak yang enggak mau gerak, olahraga, tidurnya kurang juga akan mempercepat terjadinya penyakit generatif, penuaan dini karena terjadinya inflamasi kronik," kata Piprim.(kps/Fika Nurul Ulya/Tribun Network/rin/wly)
Baca juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 4 SD Halaman 25 26 27 28 30 31 32 33
Baca juga: Pemkab Sukoharjo Raih Kategori Baik Hasil Pemantauan dan Evaluasi SPBE 2022
Baca juga: PSIS SEMARANG : Kalahkan Persik Kedisi sebagai Modal Positif Jelang Jamu Persebaya
Baca juga: Pasangan Samsul-Sumiati Menikah dengan Maskawin Sebatang Linggis, Ternyata Punya Makna Mendalam
Pemprov Jateng Turut Peringati Haornas 2025, Wagub Taj Yasin Tekankan Sportivitas dan Kebersamaan |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Target September 2025 Seluruh Kabupaten/Kota Terbentuk Satgas Penuntasan Sampah |
![]() |
---|
Pemprov Jateng Peringati Haornas, Momentum Memasyarakatkan Olahraga dan Mengolahragakan Masyarakat |
![]() |
---|
Ahmad Luthfi: Pondok Pesantren Berperan Penting dalam Memancarkan Kedamaian |
![]() |
---|
Gubernur Luthfi Ajak Para Ulama dan Santri Menyejukkan Masyarakat |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.